Setelah Sekian lama dinanti-nantikan akhrinya film The Batman tayang di bioskop 2 Maret 2022. Gue sendiri baru nonton tanggal 8 Maret 2022, enam hari pasca perilisan pertama film ini. Kali ini film garapan sutradara Matt reeves hadir dengan konsep yang berbeda dengan film batman pendahulunya. Jika kalian berharap ada efek CGI yang megah dan mewah ala MCU atau Justice league maka bersiaplah untuk kecewa, sebab The Batman hadir dengan konsep yang lebih manusiawi. The Batman disini beraksi layaknya detektif dengan alat-alat yang bisa dibilang masih sederhana untuk seorang superhero. Adegan actionnya terlihat lebih masuk akal, terbukti ketika ia terbang dan wingsuitnya sempat nyangkut hingga ia terhempas ke tanah, kemudian pada adegan fighting jubahnya sempat ditarik dan ia diseret oleh musuhnya hingga terpojok.
Di film ini Batman harus berhadapan dengan villain utama bernama The Riddler. Namun sepanjang durasi film Batman tidak pernah beradu jotos dengan villainnya tersebut. Ia justru harus memecahkan teka-teki dari pembunuhan para pejabat korup di kota Gotham tersebut.
Berhubung sudah banyak sekali yang menulis ulasan film ini, mulai dari yang spoiler sampai ke teori-teori untuk sekuel film ini, gue gak akan membahas lebih lanjut tentang film ini. Gue cuma mau mengeluarkan unek-unek tentang hal-hal yang mengganggu pikiran gue selama nonton film The Batman.
Pertama, Pasangan suami istri yang membawa anaknya yang masih kecil nonton film The Batman. Memang Batman ini sejatinya adalah superhero yang diidolakan oleh anak-anak, namun sebelum memutuskan membawa anak menonton film alangkah baiknya orang tua untuk melakukan riset terlebih dahulu, minimal membaca review filmnya.
Film The Batman sendiri memang tidak mendapatkan rating R layaknya Joker, ratingnya sendiri adalah PG-13 atau remaja. Hanya saja adegan pembuka film ini adalah adegan pembunuhan sadis dan brutal, ditambah penggunaan obat-obatan terlarang. Sebenarnya itu hak mereka sebagai orangtuanya, tapi menurut gue adegan pembunuhan tersebut kurang layak untuk disaksikan anak-anak.
Kedua, Seorang pria berbadan tinggi dan besar yang duduk persis di depan gue. Gue merasa terganggu bukan karena takut dengan badannya yang besar, tapi kekhusyuan nonton gue jadi terganggu karena kepalanya yang menyembul dan menghalangi pandangan gue untuk membaca subtitle film (maklum bahasa Inggris gue payah, hehe). Gue nengok ke kanan, kiri dan belakang umumnya orang lain memiliki badan yang pas dengan panjang senderan bangku, tapi orang ini memiliki panjang badan di atas rata-rata orang pada umumnya sehingga kepalanya menyembul di atas bangku dan menghalangi pandangan. "Ah sial" (dalam hati gue). Mau gue tegur tapi badan gue kalah telak. Kalau dia tersinggung dan sampe berantem bisa-bisa gue dibanting kaya video viral sopir truk yang dibanting pria berbadan kekar, kan malu kalau ada yang rekam dan jadi viral. Akhirnya ya sudah gue nonton sembari menyimpan rasa sesal memilih bangku tersebut. Buat kalian yang memiliki badan yang panjang tolong ya sadar diri, kalau nonton bisokop duduklah dengan posisi pantat agak maju biar kepala kalian tidak mengganggu kekhidmatan orang lain.
Ketiga, adegan ciuman Batman dan cat woman yang kurang terasa intim. Walaupun memiliki kesamaan masa lalu dengan The Batman tentang fathers issue, rasanya pertemuan dan kerjasama keduanya kurang memiliki motif yang kuat, apalagi jika harus sampai jatuh cinta. Alih-alih tampil sebagi wanita yang menggoda Batman, Cat woman justru hadir dengan suasana yang sedih dan muram. Oke, mungkin karena konsepnya yang dark.
Keempat, Kebodohan warga Gotham yang tidak bisa mengenali The Batman. Ada adegan dimana Batman jatuh pingsan setelah terkena ledakan dan topengnya hampir dibuka oleh polisi yang merasa penasaran siapa orang dibalik topeng kelalawar tersebut. Anehnya dari sekian ribu warga gotham tidak ada satupun yang mengenali wajahnya bahkan tidak ada yang berspekulasi, padahal area mulut The Batman tidak tertutup. Kita tahu bahwa Bruce wayne adalah anak seorang tokoh penting di Gotham dan seorang milyarder yang sangat sering disorot media. Bayangkan saja jika tokoh yang sering disorot media seperti pak Anies Baswedan menggunakan topeng kelalawar ala Batman. Gue yakin pasti akan ada saja orang yang mengenalinya, entah itu Giring atau Geisz chalifa. Tapi warga Gotham seperti dibungkam di sebuah kota yang metropolis dan demokratis, tak bisa berspekulasi siapa orang dibalik topeng tersebut. Kebodohan warga gotham ini mengingatkan gue pada sebuah film Bollywood "Rab Ne Bana Di Jodi" yang diperankan Shahrukh Khan dan Anushka sharma, dimana di film tersebut seorang istri tak bisa mengenali wajah suaminya hanya karena suaminya mencukur kumis.
Kelima, klimaks yang tidak sesuai ekspektasi gue. Setelah terbongkarnya fakta-fakta busuknya para pejabat Gotham yang disebarkan oleh The Ridler ke media, gue berharap ada sebuah aksi masa besar-besaran akibat kekecewaan dan kemarahan warga Gotham yang merasa dibohongi. Namun ternyata itu tidak terjadi, malah sang walikota terpilih membagkitkan lagi kepercayaan warga dengan pidato-pidatonya. Entah mungkin karena sang sutradara menghindari kemiripan dengan ending film Joker, atau mungkin gue yang terlalu berharap film ini berakhir seperti Joker.
Di luar hal-hal yang mengganggu gue tersebut, over all film ini sangat recomended dan layak ditonton. Meskipun menurut gue tidak bisa melampaui trilogi the dark night Christoper nolan. Namun sekali lagi gue ingatkan, jika kalian berharap film superhero yang funny, berarti kalian bukan target pasar film ini. Alihkan saja uang kalian untuk nonton "Ashiap Man". Sebab sepanjang durasi film nyaris tidak ada Jokes dan benar-benar dark, bahkan berada di studio bioskop yang gelap terasa seperti berada di kota Gotham yang muram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H