Lihat ke Halaman Asli

Andi Saddam Khusein

Sahabat semua

Mengapa Saya Pilih Universitas Terbuka?

Diperbarui: 28 Juni 2021   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Universitas TerbukaGedung UPBJJ UT Jakarta. (ut.ac.id)

Mungkin ini adalah awal dari serialisasi tulisan saya mengenai Universitas Terbuka, tempat di mana saya berkuliah saat ini. Saya merasa perlu menyumbangkan tulisan bagi kampus agar para calon mahasiswa mendatang dapat menemukan tulisan ini di mesin pencari dan mampu memahami mengenai universitas ini lewat tulisan saya. 

Kali ini saya akan bercerita mengapa saya (akhirnya) memutuskan untuk melanjutkan studi di kampus ini.

Selepas lulus SMA pada 2009 menghadapi kenyataan bahwa orangtua tak dapat menguliahkan saya. Kemudian, saya juga tak cukup cerdas untuk mendapat beasiswa. Singkat cerita, saya harus bekerja untuk membantu orangtua dan diri saya sendiri.

Beragam pekerjaan saya jalani, mulai pengkampanye program LSM Internasional, office boy, anggota satpam, sampai sekarang reporter. Pekerjaan terakhir itu awet, sejak 2013 sampai saat ini. 

Sebelum menikah, semua pendapatan saya dedikasikan kepada orangtua. Saya tak bisa menabung untuk kuliah dan menikah, paling hanya tersisa untuk ongkos jalan sehari-hari. 

Baca juga : 5 Alasan untuk Kuliah di Universitas Terbuka

Tetapi saya tidak hitung-hitungan, karena saya selalu yakin, bakti kepada orangtua akan selalu membawa kemujuran dan keberkahan hidup.

Akhirnya pada 2019, satu setengah tahun setelah saya menikah, saya melihat ada celah keuangan yang dapat digunakan untuk berkuliah. Jumlahnya tidak banyak dan saya rasa tidak cukup untuk perguruan tinggi swasta (PTS) di bilangan Jakarta, pun Bekasi.

Akan tetapi, jika kita mencari serius, pasti akan bertemu dengan kesempatan. Itu prinsip saya sedari dulu. Gali, gali, dan gali. Saya cek PTS satu per satu dengan kata kunci: kelas pararel, kelas karyawan, atau kelas daring.

Ternyata tak ada yang cocok dengan isi kantong saya, kecuali dua kampus milik jaringan Muhammadiyah di Jakarta. Akan tetapi, salah satu kampus tidak menawarkan kelas karyawan untuk ilmu komunikasi, dan lainnya menawarkan tapi kampus terlalu jauh.

Saya sempat teringat tentang Universitas Terbuka. Saat itu, pada 2010-an, saya melihat gelar wicara di televisi swasta yang membahas Universitas Terbuka. Beberapa tahun kemudian, universitas itu masuk ke dalam daftar pencarian saya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline