Lihat ke Halaman Asli

Andhika Zulkarnaen

Founder of Cultura Magazine

Fenomena Bubble Burst Melanda Startup

Diperbarui: 1 Juni 2022   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi start up (Sumber: shutterstock)

Akhir-akhir ini banyak kabar beredar tentang startup yang pada layoff. Tahun ini, ada tiga startup yang melakukan PHK yakni Zenius, Tanihub, dan LinkAja. 

Zenius dikabarkan PHK 200an karyawan, LinkAja melakukan PHK untuk reorganisasi SDM, dan TaniHub menghentikan operasional dua warehouse di Bandung dan Bali, dan melakukan PHK karyawan.

Penyebab adanya PHK besar ini, menurut para founder startup karena terjadi pergeseran di pasar dan diperlukan pivot yang serius dalam bisnis. 

Dilansir dari CNBC, Pergeseran tersebut telah terjadi selama berbulan-bulan. Hal ini berdampak pada perusahaan teknologi publik dan kemudian perlahan-lahan berpengaruh kepada perusahaan yang sudah mencapai ronde pendanaan lanjutan, lalu berlanjut ke startup yang masih ada di tahap pendanaan awal.

Perubahan perilaku konsumen

Satu dekade ini konsumen cukup diuntungkan dengan banyaknya brand/produk lokal baru yang bermunculan. Coffee shop lokal semakin banyak, pilihan transportasi semakin beragam dan terjangkau. Selain itu, orang-orang yang mau berjualan produknya sendiri juga dimudahkan dengan banyaknya e-commerce atau marketplace.

Dengan adanya fenomena ini, perilaku konsumen pun banyak yang berubah. Saat ini konsumen sudah tidak terlalu loyal pada satu brand karena pilihan sangat banyak, dan semua brand juga bersaing merebut hati konsumen. Salah satu cara yang dilakukan startup adalah memberikan banyak promo/diskon, yang akhirnya terjadi perang harga karena persaingan usaha.

Saya punya satu pengalaman pribadi sebagai konsumen. Ada satu startup F&B yang meluncurkan brand baru dengan membuka banyak cabang dan memberikan banyak sekali promo saat baru diluncurkan. 

Saya pun tergoda dengan promo mereka, buy one get one free, diskon sampai hampir 90%, dan sebagainya. 

Saat itu saya sering membeli produk-produk mereka, tapi begitu promo berakhir, saya pun jarang sekali membeli produk mereka. Tentu saja dengan beberapa alasan, seperti rasa minumannya biasa saja, harga normal cukup mahal, staf berganti-ganti dalam kurun waktu cukup cepat, ada produk lain dengan kualitas yang lebih baik, dan berbagai alasan lainnya.

Mengorbankan kualitas, bakar uang, dan fenomena bubble burst

Kita semua tahu saat memberikan konsumen harga sangat murah sudah pasti ada yang dikorbankan. Ada yang mengorbankan kualitas produk dengan mengurangi cost produksi bahkan bahan baku, ada juga yang "bakar uang" atau sistem subsidi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline