Alurnya mengalir alami dan apa adanya, namun penuh pesan mendalam tentang kehidupan. Tentang memaafkan, kesempatan, perjuangan, kehidupan. Serta keikhlasan. Manis banget lah pokoknya.Ibarat air aliran sungai yang mengalir dari hulu di atas pegunungan, awal film ini penuh dengan batu terjal, emosi meledak-ledak dan fikiran pendek khas anak muda, membawa kita merasakan hal menjengkelkan, mengecewakan, dan sakit hati yang sejatinya bisa terselesaikan dengan sedikit menurunkan ego dan tinggi hati. Namun seperti anak muda kebanyak, mereka lalu tersesat hingga akhirnya dengan sendirinya nanti tersadar dan menemukan jalan pulang.
Setelah judul, busyet deh. judulnya baru keluar setelah 1,5 jam, adegan pembukanya lama bener.... Oh ya.... setelah alur sungai melandai dan mulai terlihat hilir, alur film ini pun mulai mengalir tenang, melewati hamparan rumput dan tumbuhan indah alami dikedua sisinya. Mengalir tenang dan mulai menikmati serta menerima apapun yang terjadi di ujung perjalanan nanti.
Ini kayaknya penulisnya pas bikin ini lagi ngalamin hal paling bahagia di dunia. Yang saya rasakan setelah nonton ini, lega hati. Puas. Durasi hampir tiga jam film ini sama sekali gak bikin rugi. Malah mungkin bersyukur karena bisa menyaksikan alur seindah ini. Untuk hal teknis semua oke menurut saya, gak ada yang kurang. Hanya mungkin untuk bancksongnya yang banyak aja yang agak kurang. Bukan karena lagunya jelek, tapi genrenya yang mungkin bukan favorit saya. Menurut saya film ini cocok jadi moodbooster, film yang indah, sederhana namun manis dan menenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H