MELIHAT PADA JENDELA : BUDAYA ASLI
KOTA SEMARANG
Oleh : Andhika Chandrakusuma/06
SMK NEGERI 7 SEMARANG
Menurut Wikipedia, budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi namun tidak turun temurun. Sedangkan kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin yaitu cultura. termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.
1. Budaya Asli Kota Semarang
Semarang merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah, tentu saja kota ini menjadi pusat budaya dan ikon utama dari Jawa Tengah yang paling disorot oleh masyarakat. Kota Semarang memiliki banyak sekali kebudayaan dan kultur yang menjadi satu harmoni yang indah, ini dikarenakan Kota Semarang adalah salah satu dari tiga pusat pelabuhan (Jakarta & Surabaya) sehingga kota ini menjadi tempat persinggahan para pedagang dari luar negeri pada zaman Hindia-Belanda, yang membuat berbagai macam etnis menyambangi kota Semarang dan tidak jarang menetap di kota ini. Etnis yang paling mencolok adalah Etnis Tionghoa, Arab, dan Jawa, uniknya ketiga etnis yang berbeda ini tidak saling bertubrukan dan menjadi pemecah justru menjadi kekuatan utama menuju persatuan di Kota Semarang.
2. Dugderan Menjelang Bulan Ramadan
Dapat dijumpai di Kota Semarang tradisi yang disebut DUGDERAN, kata "dug" mengimplemetasikan suara bedug saat dipukul dan kata "der" yang merupakan suara dari kembang api saat meledak. Budaya dugderan merupakan gelaran rutin tiap tahun dalam menyambut bulan suci Ramadan, biasanya dilaksanakan 1-2 hari menjelang bulan Ramadan tiba, kegiatan ini menggabungkan ketiga etnis dan kultur yang hidup dan berkembang di Kota Semarang. Pada acara ini akan dilaksanakan pawai yang mengarak atau berkeliling kota dengan membawa patung ikon Kota Semarang yaitu Warak Ngendog dengan wujud kambing berkepala naga, dan juga bentuknya mirip seperti buraq yang merupakan kendaraan Nabi Muhammad SAW ketika isra mi'raj. Dalam kepercayaan masyarakat Semarang, tiga hewan tersebut merupakan representasi dari tiga etnis yang berbeda, yakni etnis Tionghoa (naga), Arab (buraq), dan Jawa (kambing). Wujud Warak Ngendog dipercaya menggambarkan keragaman dan kerukunan etnis yang ada di Semarang. Selain pawai akan ada tradisi memukul bedug yang merupakan simbolis bahwa bulan Ramadan telah tiba. Selain itu banyak pertunjukan lain seperti barongsai juga tarian-tarian khas Kota Semarang.