Lihat ke Halaman Asli

Sang Konduktor Bangsa

Diperbarui: 28 Februari 2019   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Bagaimana generasi mendatang akan menilai kita? Itulah satu-satunya pertanyaan bagi negarawan. Tapi sebelum mereka menilai kita, lebih dulu mereka harus tahu siapa kita." Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)

Jika Presiden Soekarno menjadi legenda dan Pahlawan karena sepanjang hidupnya memang selalu berada "di ingatan" jutaan rakyat Indonesia, maka Taufiq Kiemas tetap menjadi teka-teki (barangkali) karena ia selalu berada "di bawah tanah", "di belakang pentas", dengan sikap yang tenang dan sabar di tengah arus zaman yang justru sedang tergesa-gesa dan tak sabar!

Sampai di sini saya tak bisa untuk tak mengutip Yudhi Latif. Dia pernah mendeskripsikan: "TK merupakan jembatan antagonis yang menjadi titik temu dari berbagai arah mata angin.  Ia menampilkan dirinya sebagai solidarity maker dan match maker dari berbagai kepingan-kepingan kebangsaan"

Sejarah mencatat: Taufiq Kiemas menjadi Ketua MPR RI 2009-2014 berkat kepiawaian Taufiq Kiemas berkomunikasi dengan segenap parpol ketika kemudian secara aklamasi mendukung beliau menjadi Ketua MPR. Dengan posisi tersebut,  Taufiq Kiemas menggagas peringatan hari lahir Pancasila secara nasional pada setiap tanggal 1 Juni di Gedung MPR RI dan sekarang ditetapkan sebagai hari libur nasional atau hari lahirnya Pancasila.  

Dengan posisi itu pula, ia tidak sulit menyampaikan gagasan dan menyosialisasikan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bnneka Tunggal Ika yang hingga sekarang menjadi agenda rutin MPR.

Taufiq Kiemas, yang akrab dipanggil TK, mulai merasakan ketertarikan kepada hal-hal yang berbau politik sejak mendengar Pidato Bung Karno pada usia remajanya,  "Aku kagum karena Bung Karno berani tegas dalam menjalankan gagasannya. 

Ia juga dengan tegas menangani berbagai pemberontakan yang terjadi di masa itu," tutur Taufiq Kiemas.  Belakangan, setelah merenungi peristiwa dan Pidato Bung Karno, Taufiq Kiemas menginsyafi, Bung Karno selalu menyelesaikan masalah politik dengan cara-cara politik.

Taufiq Kiemas, tentu saja, akhirnya memilih untuk aktif di Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) meskipun ayahnya adalah orang Masjumi. Bak mendengar gelegar petir di siang bolong, ayah Taufiq Kiemas, Tjik Agus Kiemas, begitu kaget mendengar info bahwa putranya telah masuk GMNI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline