Pada dasarnya pembangunan fasilitas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah sebagai penggerak pembangunan disetiap daerah merupakan upaya untuk menumbuhkan salah satunya sektor ekonomi negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang positif dapat dilihat dari peningkatan sektor ekonomi di negara tersebut, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif berdampak pada menurunnya kesejahteraan masyarakat.
Infrastruktur Jalan memiliki peran sebagai pendukung ekonomi dan sosial budaya masyarakat, karena pergerakan ekonomi kita saat ini sangat bertumpu pada jaringan jalan. Penggunaan trotoar sebagai sarana berjualan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu upaya masyarakatnya untuk menjalankan perekonomian di daerah tersebut. Banyak dari fasilitas umum yang berupa trotoar ini dimanfaatkan oleh mereka yang ingin berjualan namun tidak mempunyai tempat untuk berjualan secara tetap.
Pedagang Kaki Lima atau dikenal dengan istilah PKL adalah pedagang yang biasa menjual atau membuka gerai/ warung/ lapak dagangannya di pinggir badan jalan (trotoar). Disebut pedagang kakilima karena pada dasarnya para pedagang tersebut kebanyakan menjual barang dagangannya menggunakan gerobak yang mempunyai roda 3. Sehingga apabila di analogikan, 3 roda tersebut sebagai kaki tambahan bagi para pedagang itu sendiri. Akhirnya tersebutlah sekarang Pedagang Kaki Lima sebagaimana yang kita kenal.
PKL tumbuh tidak terencana karena merupakan kegiatan ekonomi informal dan memiliki keragaman dalam bentuk barang yang dijual maupun jasa pelayanannya. Perkembangan itu tidak pernah terhenti sejalan dengan pertumbuhan perkembangan penduduk. Pertumbuhan tersebut demikian pesat, terlebih lagi menyusul krisis ekonomi melanda Indonesia sejak tahun 1997.
Angkringan merupakan salah satu Pedagang Kaki Lima yang sudah terkenal diJogja. Mereka berjualan di trotoar jalan dari sore hingga pagi. Mereka memanfaatkan trotoar karena merasa tidak ada tempat lain untuk berjualan, sehingga mereka menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan sementara. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak bertahun-tahun dan menjadi sebuah tradisi di kota Jogja.
Melihat harga yang ditawarkan untuk makanan dan minuman yang dijual diangkringan maka bisa dikatakan bahwa segmen pasar angkringan adalah dari golongan menengah kebawah. Hal ini ditandai oleh banyaknya kaum miskin kota yang bertumpu pada angkringan sebagai alternatif pilihan yang murah dalam pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Sebut saja tukang becak, anak jalanan, buruh pertokoan dan para pegawai. Konsep dasar sektor informal dalam hal ini angkringan, sebagai penyedia kebutuhan barang dan jasa yang murahbagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah semakin mengidentikkan angkringan sebagai tempat konsumsi kelompok miskin kota. Dengan adanya angkringan, banyak hal positif yang dihasilkan, diantaranya :
1. angkringan menjadi lapangan kerja baru bagi kaum menengah kebawah yang tidak mempunyai modal cukup untuk memulai usaha. Hanya dengan bermodalkan gerobak dan mencari tampat kosong (misal:trotoar) mereka sudah mbisa memulai usahanya.
2. Angkringan menjadi salah satu pilihan usaha untuk mengurangi tingkat pengangguran di daerah Jogja. Para pengangguran umumnya tidak mempunyai lapangan pekerjaan yang bisa mereka manfaatkan. Mereka juga tidak mampu membuat usah sendiri karena tidak mempunyai modal usaha. Dengan memper bolehkan usaha angkringan di Jogja maka merekabisa sedikit demi sedikit mengumpulkan uang dari usah angkringan yang tidak membutuhkan modal banyak.
3. Angkringan marupakan salah satu usaha informal yang menggerakan roda perekonomian dari kalangan menengah kebawah.
4. Angkringan menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat dari kalangan menengah kebawah. Dengan harga yang murah, masyarakat dari kalangan berpendapatan rendah menjadikan angkringan sebagai alternatif pilihan mereka untuk mengisi perut.
5. Selain tempat berjualan, Angkringan menjadi salah satu tempat bersosialisasi. Penjual dan pembeli biasanya saling bertukar informasi sembari mereka melakukan aktifitas jual belinya. Angkringan menjadi salah satu media yang menjembatani informasi agar menyebar lewat mulut ke mulut.