Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Solidaritas Tulus, Bukan Solidaritas Politis

Diperbarui: 30 April 2020   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu ini kita dikejutkan dengan ragam aksi bantuan sembako dan alat kesehatan kepada masyarakat terdampak corona dengan menggunakan stiker dengan wajah dan nama pejabat. Sebagain dari bantuan itu sebenarnya adalah dari pemerintah pusat dan bukan dari pejabat itu sendiri. Singkatnya, banyak pejabat yang memakai itu peristiwa pandemic Covid-19 sebagai ajang kampanye dan bukan murni menunjukkan solidaritas mereka.

Contoh nyata dari kasus ini adalah yang ditunjukkan oleh bupati Klaten, Sri Mulyani yang menempel foro diri dan namanya pada bantuan sosial penanganan Covid-19 berupa band sanitizer, beras, masker sampai buku tulis. Aksi ini menuai kritik pedas dari banyak elemen masyarakat apalagi didapati bahwa sebagian besar atas seluruh bantuan itu merupakan bantuan resmi dari pemerintah dnegan menggunakan uang APBD dan APBN.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Sri Mulyani itu adalah satu dari modus politik yang dilakukan banyak orang yang tidak tulus memberi bantuan. Banyak pejabat daerah atau pihak yang ingin bertarung pada Pilkada serentak tetiba ingin memberi bantuan dengan modus ingin dipilih kembali pada tahab berikutya. Karena itu banyak nasi bungkus, masker, handsanitizer dan buku tulis untuk siswa yang pembungkusnya foto pemberi.

Aji mumpung seperti itu terlihat tidak etis dilakukan pada masa pandemic seperti sekarang ini. Bantuan tidak boleh atau pantang disusupi dengan kepentingan politis, apalagi kita tahu pandemic ini sangat berat memukul masyarakat di tingkat bawah. Tak saja di negara kita tapi juga di seluruh dunia.

Banyak orang miskin dan rentan miskin yang terdampak karena peristiwa Covid-19 ini. Mereka tetiba kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan untuk berjualan di pinggir jalan sebagai pedagang kaki lima, kehilangan kesempatan untuk berkarya sebagai barista sebuah kafe karena banyak kafe tutup, banyak pekerja informal yang bekerja di salon, resto dan banyak sendi yang lumpuh tidak berdaya karena penyakit ini.

Karena itu tidak pada tempatnya jika kita memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi bahkan kepentingan politik; satu kepentingan yang penuh modus dan tidak tulus. Solidaritas kepada sesama tidak memerlukan politik dan intrik-intriknya, tapi perlu sikap dan hati baik untuk bersimpati kepada orang lain.

Sebaliknya mari dukung pihak-pihak yang memberi dengan tulus; tidak dengan jumlah banyak tetapi dengan ketulusan hati yang bisa kita lihat dari cara memberi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline