Lihat ke Halaman Asli

Semua karena Jokowi

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemeriahan dan keriuh rendahan ini bermula dari selesainya pelaksanaan pilpres tanggal 9 Juli yang lalu. Ada 3 kenyataan dasar yang tidak dapat dibantah dalam situasi ini,

1. Quick Count, apapun metode yang digunakan hanyalah hasil penelitian dari sebuah survei.

2. KPU adalah lembaga resmi yang berhak mengumumkan hasil Pilpres.

3. Perbedaan selisih suara antara kedua kandidat secara nasional tidak akan terlalu besar, kemungkinan dibawah 10%.

Sebenarnya tidak ada permasalahan yang terlalu serius dengan Quick Count tersebut. Apakah hasilnya memenangkan Jokowi ataupun memenangkan Prabowo. Apakah jumlah 7, 10 ataupun 20 lembaga survei. Karena sudah sangat jelas bahwa yang berwenang untuk mengumumkan hasil dari Pilpres itu adalah KPU pada tanggal 22 Juli.

Inti dan sumber prahara panjang ini sebenarnya terletak pada "Bagaimana kedua pasangan capres ini menyikapi hasil quick count tersebut?" Jadi bukan pada hasil dari quick count itu sendiri, tapi lebih kepada sikap keduanya sebagai penyebab keriuh rendahan ini.

Saya tadinya seorang pengagum Jokowi, saya setia mengikuti berita tentang Jokowi dan perjalananannya menuju kursi Gubenur DKI. Walaupun bukan warga DKI yang tidak mempunyai hak pilih, saya tetap berharap dan berdoa untuk kemenangan Jokowi dalam pemilihan Gubenur DKI. Saya terkagum-kagum dengan jawaban Jokowi tentang "copras-copres" yang diiringi tawa yang khas ketika ditanya wartawan tentang kemungkinan untuk maju dalam Pilpres. Tapi kemudian semua itu sirna, ketika Jokowi menyatakan diri maju menjadi capres. Alasan saya sederhana saja "kematangan politik". Saya melihat untuk menjadi seorang Presiden yang akan memimpin sebuah bangsa dan negara yang besar ini, Jokowi masih perlu belajar banyak. Mungkin kalau hanya menjadi cawapres saya masih bisa memahaminya sebagai proses pembelajaran, tapi sebagai seorang capres, saya melihat sebagai langkah yang tidak tepat.

Apa yang menjadi kekhawatiran saya tentang "kematangan politik" ternyata menjadi kenyataan. Ini terlihat dari bagaimana Jokowi menyikapi hasil QC yang diumumkan oleh beberapa lembaga survei,

"Kami ucapkan terima kasih sebesarnya-besarnya tak terhingga kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, terima kasih kepada relawan dari Sabang sampai Merauke, seluruh kader PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, PKPI yang telah bekerja keras bahu membahu dari siang dan malam," ujar Jokowi dalam jumpa pers di kediaman Megawati Soekarnoputri di Kebagusan, Jakarta, Rabu (9/7).
Jokowi menambahkan, pihaknya bersyukur berdasarkan quick count sampai saat ini menunjukkan pada titik penghitungan adalah menang.
"Sekarang saatnya kita semua mengawal hasil rekapitulasi KPU dan KPUD semuanya agar berjalan bersih dan jujur serta tidak ada intervensi di sana," ujar Jokowi
Jokowi juga meminta seluruh rakyat Indonesia agar menjaga kemurnian aspirasi rakyat. "Jangan ada yang coba-coba mencemari apa yang dikehendaki rakyat hari ini," ujar Jokowi

Bandingkan jika Jokowi mengatakan,

"Hm..hm...(sambil sedikit cengar-cengir seperti dulu biasanya)...Karena ini baru  merupakan hasil dari quick count..., marilah kita sama-sama bersabar menunggu sampai tanggal 22 Juli nanti  hasil  resmi dari KPUDan marilah kita menjaga suasana pilpres yang kondusif ini agar tetap aman dan tentram"...(cengar-cengir lagi seperti biasanya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline