Film The good doctor yang mengisahkan bagaimana kehidupan seorang dokter di rumah sakit dan termasuk ke film drama TV yang pertama kali dirilis pada tahun 2013, Pertama kali ditayangkan di Korea Selatan dan 2 tahun kemudian hak produksinya dibeli oleh Daniel Dae Kim kemudian ditayangkan pada tahun 2017 menjadi versi Hollywood.
Alur cerita kedua versi film The Good Doctor memang tidak jauh berbeda terutama pada penggambaran tokoh utama yang merupakan dokter namun memiliki sifat kekanak-kanakan serta tidak bisa diandalkan.
Kemudian secara garis besar, Film ini juga sama-sama memadukan kisah antara pekerjaan dan romantika namun dikemas secara berbeda khususnya pada lambang-lambang nonverbal yang digunakan seperti penggunaan bahasa, aspek penampilan / bagaimana profesi dokter digambarkan di kedua negara tersebut terdapat perbedaan.
Film ini menarik perhatian penulis untuk dibahas karena kedua film ini sama asiknya untuk ditonton namun tidak menghilangkan inti ceritanya. Jika dikaitkan dengan penggunaan komunikasi non verbal, Film The Good Doctor banyak memperlihatkan bagaimana atribut "penampilan" mempengaruhi framing seorang dokter di kedua negara yang budaya nya berbeda tersebut.
Dimulai dari penilaian terhadap standar penampilan, Pada versi Korea, Tokoh dokter yang dianggap bisa dibilang "Tokoh Idola" dalam film itu digambarkan dengan laki-laki tinggi, kulitnya putih gambaran dirinya seperti memenuhi standar "Tampan" yang diharapkan masyarakat korea pada bagaimana dokter idola umumnya. Sedangkan pada versi hollywood tokoh digambarkan dengan laki-laki tinggi, berotot, dan kulitnya lebih eksotis seperti standar "tampan" yang diharapkan masyarakat.
Aspek busana dalam penampilan digambarkan sama karena cerita yang diangkat adalah tentang kehidupan dokter dan rumah sakit. Aktor dalam kedua versi film menggunakan jas putih yang biasa digunakan dokter untuk menunjukan pekerjaan mereka apa.
Selanjutnya tokoh utama yang ingin disampaikan adalah seorang dokter yang bersikap kekanak-kanakan.Hal tersebut pada film digambarkan melalui tokoh utama yang mengidap autisme.
Sebagai penonton, kita bisa memperhatikannya dengan bagaimana postur dan gestur yang digunakan. Seperti contohnya mereka terlihat "tidak nyaman" dan kalau berjalan kelihatannya seperti orang bingung / linglung. Selain itu juga karakter utama ketika sedang menjelaskan diagnosa pasiennya banyak menggenggam tangan / memainkan kukunya.
Aspek nonverbal lainnya adalah ekspresi muka. Pada versi amerika, tokoh utama yaitu Dokter Shawn Murphy banyak menunjukan ekspresi yang "datar" dan tidak ekspresif ketika berhadapan dengan pasiennya apalagi saat mengoperasi seseorang. Dirinya hanya panik ketika apa yang telah jadi rencana namun berlangsung dengan tidak sesuai ekspektasinya.
Salah satu scene yang menjadi kontroversi karena digambarkan dengan berbeda adalah scene menunjukan binatang peliharaan dokter tersebut yaitu kelinci. Scene yang digambarkan pada versi Amerika adalah ayah dokter melempar dan membunuh kelinci tersebut sedangkan di versi Korea adegan bertengkar tersebut tidak ditunjukan sebegitu ekstrimnya. Scene ini menjadi kontroversi karena adanya aspek kebudayaan yang ditunjukan sangat berbeda.
Pada akhirnya, penggunaan aspek nonverbal dalam film The Good Doctor baik versi Amerika maupun Versi Korea bisa merepresentasikan sebenarnya bagaimana kehidupan dokter itu dijalankan selanjutnya aspek nonverbal sekali lagi memiliki fungsi untuk mempertegas lambang verbal yang secara spesifik dilihat melalui percakapan antar tokoh.