Lihat ke Halaman Asli

Salam Perubahan

Diperbarui: 21 Desember 2015   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Permasalahan yang sudah ditumpuk bertahun-tahun dari beberapa generasi, kemudian dibebankan kepada orang-orang yang menduduki jabatannya baru seumur jagung dan dituntut untuk menyelesaikan permasalahan raksasa itu dalam waktu beberapa hari atau bulan, sehatkah si penuntut?

Berton-ton tumpukan pasir yang ditumpuk selama bertahun-tahun menggunakan alat berat, kemudian tumpukan raksasa itu dituntut untuk diratakan menggunakan sebuah sekop dalam waktu sehari, mungkinkah?

Anehnya lagi, orang yang menuntut penyelesaian ala bim salabim itu adalah orang yang membuat tumpukan permasalahan raksasa itu. Manusiakah si penuntut itu?

Dari analogi di atas, tanyakan pada dirimu sendiri, masuk akalkah tuntutanmu? Layakkah tuntutan mulut besarmu itu? Inikah kualitas pengetahuan pikiranmu? Inikah hasil dari masa-masa kamu menuntut ilmu di bangku sekolah dan kuliah? Normalkah IQ dan EQ mu?

Sudahkah kamu, setidak-tidaknya membayangkan saja keselurahan permasalahan itu di benakmu, lalu menempatkan dirimu menjadi orang yang dituntut, menjadi orang yang bertanggungjawab penuh untuk menyelesaikan dengan skala tuntutan yang kamu beri? Saya tahu, jangankan menyelesaikan, hanya sekedar membayangkan permasalahannya saja perangkat otakmu sudah langsung mengalami trauma dahsyat. Cobalah sekali saja untuk sungguh-sungguh membayangkannya.

Perubahan butuh proses. Perubahan butuh tim. Perubahan butuh waktu. Perubahan butuh cakupan keseluruhan. Perubahan butuh semua lini. Perubahan terjadi di sisi input dan output. Perubahan itu berkelanjutan.

Akhir kata, berubahlah, setidaknya merubah skala tuntutan atau cara kamu menuntut dan mulai berjalan dengan cara pandang si penyelesai masalah. Temukan dan rasakan perbedaan itu dalam dirimu.

Salam perubahan :)

#kitaIndonesia

Salam Perubahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline