Lihat ke Halaman Asli

Budaya K-Pop Merajalela, Harus Bagaimana Menyikapinya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13792265372069254099

1379226634261555851

[caption id="attachment_288297" align="aligncenter" width="333" caption="BIG BANG salah satu boyband papan atas"]

13792268702142981421

[/caption]

K-POP atau korean pop, sedang terus menanjak puncak populeritas dunia. Gelombang bintang hallyu itu kini melanda hampir di berbagai belahan bumi. Sebut saja PSY, bintang yang melejit ke skala internasional dengan hits andalan "gangnam style"nya. PSY berada di bawah naungan agensi raksasa korea YG Entertainment. Pertengahan tahun 2012 lalu menjadi tahun keemasan bagi bintang bertubuh gemuk tersebut. Image horse dance kocak yang dibawakan PSY sukses meledak di pasar internasional. Di industri hiburan korea, PSY bukanlah bintang kemarin sore. PSY sudah cukup lama menjadi penyanyi multitalenta korea, di kawasan Asia Timur nama PSY juga sudah cukup dikenal dan tak asing lagi.PSY bisa dikatakan memiliki peranan besar untuk membawa nama K-POP semakin populer di dunia.

Bicara soal budaya K-POP, saya pribadi adalah seorang K-POPers (yakni sebutan untuk penggemar K-POP). Saya sudah 4 tahun belakangan ini menggemari drama korea, musik korea, film korea, dan tentunya bintang korea. Lalu kenapa saya harus membuka judul seperti di atas? Sekarang mari bicara soal menyikapi budaya K-POP yang semakin merajalela. Mungkin ini bisa disamakan ketika budaya western menyusup ke budaya Indonesia. Bagaimana dulu orang tua begitu khawatir dengan adanya westernisasi di Indonesia, perilaku meniru idola barat yang dilakukan oleh kalangan anak muda kerap tidak sesuai dengan perilaku budaya asia terlebih budaya Indonesia. Namun, perlu diketahui bahwa budaya K-POP bukanlah budaya western dan keduanya berbeda. Korea mencoba untuk bangkit berkembang maju melalui industri musik dengan mengusung genre popular. Memang, K-POP hadir untuk menjangkiti anak muda dengan banyak idola boyband dan girlband yang terlihat seperti di negeri dongeng karena ketampanan dan kecantikannya. Akan tetapi, kualitas seni yang dibawakan oleh budaya K-POP juga jelas terkandung di dalamnya.

Lalu disikapi bagaimana budaya K-POP yang merajalela itu? Dari sudut pandang saya sebagai penggemar K-POP yakni Pertama, sebisa mungkin selektif. Selektif dalam arti, jika kita menggemari tren K-POP ambil kualitas positifnya, dan pastikan buang sisi negatifnya. Kedua, punya skala prioritas yakni bagaimana kita bisa mengatur dan mengendalikan diri kita sendiri agar tidak terlalu cinta akan popularitas tren K-POP. Karena segala sesuatu yang berlebihan sudah pasti tidak baik. Maksudnya di sini adalah kita paham menempatkan budaya K-POP di luar zona budaya asli kita jadi, tidak mencampuradukkan keduanya. kedua hal tersebut bisa menjadi sikap untuk kita menyikapi budaya K-POP yang merajalela. Lalu untuk yang tidak menggemari budaya K-POP janganlah mencemooh dan hanya memandang secara negatif saja. Jika kita tidak suka ya tidak usah mengurusi apa yang kita tidak suka, mudah toh? Selama budaya K-POP tidak memberikan pengaruh yang buruk dan tidak mengganggu eksistensi budaya asli suatu bangsa, maka mari kita dukung eksistensinya. Dibalik adanya boyband, girlband yang menjadi ikon budaya K-POP ada usaha, kerja keras dan kegigihan yang perlu kita pelajari. Fighting!

sumber foto : YG Addict Indonesia, Google.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline