Lihat ke Halaman Asli

Rinduku Padamu, Ramadhan

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu.

kutitip lewat celah angin tadi malam,tapi kembali lewat celah kepulan asap secangkir teh panas,pagi ini. rupanya ia tak sampai. Rindu.

Rindu.

Kutitip lewat celah angin tadi pagi,tapi kembali lewat celah kepulan asap secangkir kopi malam ini. Rupanya ia tak sampai. Rindu

Rindu. Ternyata ia lebih menghunus dari sebilah tajam sekalipun. Rindu

Rindu. Rindu. Rindu.

Bicara rindu, rinduku ini tak sesederhana dermaga, tak sememesona semu jingga, tak seluas semesta.

Rinduku hanyalah,

rindu akan langkah-langkah lincah sesegera mungkin menjawab seruan-NYA

Rinduku hanyalah, rindu akan gemericik air wudhu yang mengalir tiap awal waktu.

Rinduku hanyalah, rindu akan barisan saf yang penuh sesak persis barisan antrian bioskop

Rinduku hanyalah, rindu akan gemetar syahdu lantunan ayat yang menjuntai dengan indahnya.

Rinduku hanyalah rindu akan cuti kerjanya mesin-mesin biologis di tubuhku lalu beralih fokus hanya untuk pencipta-NYA

Rinduku hanyalah, rindu akan....

Ra...

Ma...

Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline