Ketika pagi menjelang,suara burung yang berkicau diantara tingginya bangunan beton kota Hang Hau,Hongkong,seolah berlomba dengan deru mobil-mobil yang lewat diseberang apartement lantai tmpatku mengais dolar.Disebuah bangunan dilantai 11,aku mengintip dibalik tirai yang juga berfungsi sebagai pintu kamarku."Masih jam 6...tidur lagi ahh..".Ya jam 6 pagi adalah waktu yang terlalu pagi untuk keluarga ini mulai beraktifitas.Kembali kueratkan pelukanku pada bantal imut yang sedari semalam kupeluk.Kupasang kembali juga headset yang setiap malam menemani tidurku hingga aku terlelap.Terkadang headset itupun sampai pagi masih terpasang ditelingaku.
Mataku enggan terpejam kembali ternyata.Dalam penantian waktu untuk kembali bangun dan beraktifitas,aku termenung dan mengingat-ingat hal-hal yang telah aku lalui selama ini.Beberapa tahun silam,ketik kakiku pertama kali menapaki tanah beton dinegara Hong Kong,pada boss yang pertama,jam 6 pagi aku sudah harus bangun dan menyiapkan segala sesuatunya.Diboss ke-2,jam 6:30pagi adalah waktu dimana aku mulai menggeliat dan perlahan-lahan menuju kamar mandi.Saat itu aku sering berdoa kepada Tuhan,semoga aku bisa terlelap lebih lama dan bangun agak siang.Dan ternyata oh ternyata Tuhan mengabulkan doaku.Pada boss ke-3 ini,aku bekerja menjaga sepasang kakek nenek dan bangun pagi sekitar pukul 7:30 pagi..Aku cukup mengucap syukur,karena itu adlah waktu yang kurasa cukup bagiku untuk beristirahat.Malam aku biasa terlelap pukul 23:00 lewat.
Sering ketika tidak dapat terlelap,karena lingkungan yang mungkin bising dll,itu membuatku ketika terbangun paginya seolah tidak tidur semalaman.Bekerja dengan "tertidur",menjadi lemas dan tak bertenaga.Rutinitas yang kualamai,dan ritme pekerjaan yang hampir tak pernah berubah,membuatku terkadang berada pada zona kebosanan.Bekerja menjaga sepasang kakek nenek,dengan rumah yang sempit,dan pekerjaan yang monoton,sering aku menyelesaikan pekerjaan hanya dengan sekilas.Sering waktu kuhabiskan dengan menunggu.Ya menunggu,pekerjaan yang sebagian besar orang tidak menyukainya,termasuk aku.Menunggu nenek bangun,menunggu jam makan,menunggu jam tidur dsb,seolah waktu berjalan dengan sendirinya diatas jalan penantian.
Didalam penantian itu tak banyak hal yang dapat aku lakukan.Menemani nenek jalan-jalan ketaman,menemani nonton tv,ngobrol,membaca,dan juga terkadang aku sempatkan diri untuk menulis.Jika mata tak sedang cenut-cenut,menulis merupakan hal yang mengasikkan dan jalan membunuh waktu.
Ketika keinginanku berlari dan berkeliaran kemanapun sesuka hati,tak dapat terpenuhi,menulis merupakan pelarianku yang teramat sempurna.Aku bisa berlari kemana aku mau,aku bisa berteriak sesuka hatiku,aku bisa marah,kecewa,tertawa terbahak-bahak,tanpa ada batasan yang memaksaku untuk terdiam,dan atnpa ad yang menjugdeku atau menhakimiku.
24 Bulan adalah masa kontrak kerja dinegeri beton.Jelas bukan waktu yang sebentar.Dalam 24 bulan seorang bayi yang dari kandungan sudah bisa berbicara "mama,papa dan bnyak kata lainnya".24bulan sebuah tanaman sudah tumbuh tinggi dan mungkin ada yang sudah berbunga dan berbuah.Bener-bener waktu yang tidak sebentar.Dan 24 bulan itu berakhir dengan melewati menit demi menit,hari demi hari,musim demi musim dan seterusnya.Melewati 3 jam dari sarapan ke makan siang,3jam dari makan siang ke waktu belanja,1jam jam masak,3jam menuju jam tidur,senin sampai senin kembali,Januari sampai Januari lagi,melewati musim dingin berganti dengan musim gugur,hujan,semi,dan bunga-bunga pun tumbuh bermekarn sampai meranggas.
Putaran waktu yang terus bergulir,terkadang menangkap ribuan canda,tawa,tangis,dan berbagai rasa didada.Ratusan kata "kapan tiba saatnya?sampai kapan?apa aku kuat?mengapa Tuhan?dimanakah si dia?dan kata lainnya".Menunggu deadline tiba,dengan coretan-coretan dikertas lusuh.Gema hati yang kian hari kian menggelora,mengalahkan dengungan gong dalam sebuah acara pernikahan adat Jawa.Ya,bagaimanapun juga menunggu adalah tetap hal yang tidak mudah.Butuh topeng-topeng baja untuk tetap tersenyum dikala waktu kerja.Tuntutan selalu sempurna,walaupun tak ada yang bisa sempurna kecuali Dia seringkali mengibaskan senyum dan menyobek keangkuhan.Sang waktu yang turut serta membantu menghitung masa demi masa yang dilewati si aku.
Dibalik tinggi dan kokohnya gedung-gedung ini,ya aku tetap akan berlari dan menari dilembaran yang penuh coretan ini.Menanti,menunggu..deadline itu datang dan tiba saatnya aku mengibaskan sayap-sayapku yang pernah patah.Semngat berlari didalam gema...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H