Lihat ke Halaman Asli

Anazkia

Blogger

Angkasa Pura II, Betulkah Tak Pungut Apa-apa?

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13323405721302613355

[caption id="attachment_177613" align="aligncenter" width="640" caption="Petunjuk Arah untuk TKI di pintu imigrasi Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta (iskandarjet)"][/caption]

Sore tadi, saat membuka facebook ada sebuah mention dari sahabat saya kompasianer yang bermukim di Hongkong, Fera. Yah, Fera yang beberapa hari lalu menulis tentang diskriminasi di Bandara Soeta, tulisannya di hybrid pada media online kompas.com dan kisahnya Mbak Aulia dilirik oleh pihak angkasa pura II dengan memberikan jawaban.

Berita di kompas.com dengan judul "Angkasa Pura II, Kami Tak Pungut Apa-apa Dari TKI” Membaca isi tulisan tersebut bikin saya tersenyum sendiri. Sedikit copasannya,

Tidak hanya sekadar fasilitas biasa seperti untuk penumpang pada umumnya. Hari mengatakan, AP II bahkan memberikan fasilitas khusus yakni adanyaloungekhusus para TKI. Menurut dia, tidak ada fasilitas seperti itu untuk para tenaga kerja di negara lainnya. "Di dunia tidak adaloungekhusus TKI. Tapi kami memberikan itu," tambah dia.

Lihatlah pada kalimat bercetak tebal tersebut, lounge yang katanya hanya ada di Indonesia. Ah, sulit untuk menuliskan apa maksud dari kalimat tersebut. Yang ada, saya hanya bisa ngurut dengkul. Baiklah, kalau memang pihak Angkasa Pura II menolak adanya pungli  di bandara kami boleh mengiyakan, karena mungkin itu ada peraturannya. Tapi, praktek di lapangan lain, Pak. Mereka seolah terorganisir dan mereka adalah pegawai dan pekerja di pihak bandara Soeta.

Saya pribadi, masih trauma mendarat di Soeta, ketika tahun 2007 lalu pulang juga kena palakan. Untuk jelasnya, tulisan bisa dibaca pada jurnal ini. Di mana saya ketika itu dijemput oleh Kakak, tapi saya tidak boleh keluar dari pintu dua. Nah, untuk keluar dari pintu 2 saya diminta membayar Rp. 700.000, lanjut dinaikan ke taksi diminta lagi membayar Rp, 250.000. Ah, mungkin pihak angkasa pura lagi-lagi tak percaya. Tapi bukan hanya saya saja, simaklah kisah-kisah yang lain dari teman-teman TKW yang pernah tersangkut di Soeta…

Kisah 1 (Ummu Azzah)

” Assalamu'alaikum wr wb.

Pengalaman.

Tahun 2010 aku cuti dari Hongkong ,sampai terminal 2 aku lolos tanpa calo, saudaraku menjemput ku pake Taxi, saudara ku keluar dari taxi, ternyata pas lagi jemput aku, eh di dalam udah ada polisi gadungan,minta duit 3 juta, aku berdebat sama polisi,p as negosiasi kena 6 ratus lima puluh ribu, tuh polisi Indonesia bukannya melindungi tapi pemerasan.

Subhanallah”

Kisah 2 (Mbak Gilank)

Pengalamanku tahun 2007

Waktu aku pulang cuti ke Indonesia seharusnya aku turun di Jogjakrta berhubungan kehabisan tiket untuk ke Jogjakarta terpaksa turun di Jakarta pas mau keluar dari terminal 2 aku dibawa sama ibu-ibu sama anaknya dia habis liburan dari Kanada. Mereka mengakui kalau aku pembantu dia, terus aku ditarik sama petugas dari BNP2TKI 2 orang aku terus memaksa keluar dengan alasan karena saudaraku udah menunggu di luar. Tapi pihak petugas tidak mengizinkan akhirnya terjadi perdebatan dan saling tarik menarik dan ada petugas polsi datang. Bukan menyelesaikan maslah yang aku hadapi, malah menawarkan jasa aku bisa keluar dengan alasan harus membyar uang Rp. 800.000 aku bisa lolos jadi berebutan tambah ramai. Terus aku ikutin peraturan mereka bahkan tidak bisa ketemu sama saudaraku yang menjemput dan akhirnya aku minta bantuan ke SBMI (Serikat Buruh Migrant Indonesia) pusat untuk menjemptku atau membebskan.

Tapi juga tidak mudah untuk bebas karena aku tetap aja pakai travel dan harus membayar upah ilegal untk ongkos rokok .”

Kisah 3 (Mbak She Tia)

Pengalamanku pulang kemaren, di terminal 4, aku pikir nggak usah djemput karena mahal, satu jutaan, aku mau pake trevel aja ke tempatku Rp. 350. 000 dulu waktu aku pulang dari Saudi plus uang nulis jadi Rp. 500.000.

Datang di bandara langsung ada satu orang pakai baju safari katanya “ayo mb teman-teman TKW dah nunggu”. Eh,  ternyata aku masuk mobil ada3 orang pria masuk 4 pria aku wanita sendiri beruntung aku pake jilbab gamis panjng lengkap. Aku dibawa sampai keluar bandara lho, “Mana teman TKW yang lain?” katanya kita mau berbaik hati nganterin, mbak, sampe rumah cuma minta 8 juta. Mana saya punya uang sebnyak itu? Bapak bunuh saya juga saya bener-bener ngga punya.”

Mereka bilang,” kita bisa saja jahat sama mbak, mbak kami perkosa mayat mbak kami potong-potong, kami lempar ke laut mbak pilih mana?”

“Saya pilih Allah. Bapak-bapak punya ibu, istri, anak perempuan, cucu perempuan. Apa pun yang terjadi dengan saya, nasib mereka keluarga bapak-bapak pasti diazab lebih pedih dari saya. Bahkan nasib bapak sendiri mungkin lebih buruk dari saya. Mereka ketakutan.

“Gini aja mbak,  kita damai kita dah jauh dari bandara,” Mobil berhenti di jalanan sepi. Deg, “ya Allah.. saya hanya punya 800 nggk lebih5 ribuan semua”

“Oooo… ya sudah mbak kami antar sampe Pulogadung, ya?”

Ya aja lah, alhamdulilah naik bus Pulogadung-Cirebon, Palimanan naik angkot, Bongas naik becak. Ya Allah,  pulang dari Hongkong naik becak.

Jadi, buat pihak Angkasa Pura II, yah mungkin tidak ada pungutan liar dari pihaknya untuk TKI, tapi kenapa lain dengan di lapangan, Pak?

Kisah-kisah di atas baru saja menajdi curhatan dari sebuah group facebook Dompet Dhuafa Hongkong, di mana membernya mayoritas adalah para TKW yang bermukim di Hongkong, Taiwan, Malaysia juga negara lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline