Lihat ke Halaman Asli

Cerita Anak Malam

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jarum menit waktu itu baru saja bergeser sedikit dari angka 9 malam, waktu aku berhenti di perempatan Cilandak KKO untuk menunggu angkutan. Jalanan tak terlalu ramai namun suasana juga tak begitu sepi. Beberapa anak yangsedang mengais rejeki dengan bekal suara kecil parau tak teratur nada, sedang menjajakan suara mereka meraih harapan recehan kehidupan.

Pnghitung waktu mundur lampu rambu mengerak menuju merah. tepat kurang 2 detik anak-anak itu bergerak menuju tengah begitu lampu hijau menyala. mereka sibuk dengan targe masing-masing.
mataku tak lepas memandangi 2 gadis kecil yang ku duga mereka kakak beradik. Memang mereka agak unik dibanding yang lain. Sang kakak begitu antusias menyanyi sementara sang adik tampak sedikit lemas.

Pengitung mundur mulai menuju angka nol, anak-anak itu mulai berbalik menepi. Dua kakak beradik itu menuju kearah dimana aku sedang berdiri. dan PLAAAKKK.. tangan sang kakak dengan ringan mengeplak kepala sang adi seraya berkata
"kalo lu terus malas-malasan, gua bilangin ke emak lu" hardik sang kakak
Sang adik yang merasa kesakitan sontak menangis.
"Capek...aku ngantuk..." katanya dengan suara sedikit parau
"Lu mau kita nggak dikasih makan sama emak " Kata kakak makin marah sambil tangannya kembali mengeplak kepala sang adik. Sang adik yang seusia BAIM artis cilik yang sedang naik daun itu semakin mengeraskan tangisnya.
"diem...diem..." Suara bentakkan kakak membuat si kecil menghentikan tangisnya meski masih terdengar sesenggukan.

Seorang wanita 30 tahunan mendekat menuju arah mereka, terlihat sebelah tangannya meraih sebuah kayu kecil dan serta merta menarik si kecil dan memukulkan kayu itu tepat di pantan sang anak. PLOOOK.....PLOOOK....PLOOO
K....
"UDAH MAK...UDAH MAK...." Sang kakak mencoba membela sang adik.
Wanita itu berlalu begitu saja tanpa kata. Si kecil sambil memegang pantatnya yang sakit itu kembali menangis keras.
"tuh makanya kalo di kasih tahu tuh nurut...." kata si kakak sambil mengusap pantat adiknya.
mereka pun berlalu menjauh.

Aku diam tertegun, binggung, aneh, dan segala rasa berkecamuk. kukejar mereka setelah ku selipkan lembaran uang kertas kecil dikantong si kecil aku berlalu karena angkutanku tiba.

SALAH SIAPA INI...????




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline