Lihat ke Halaman Asli

Mimpi Jakarta Berpantai Bersih dan Langit Biru...?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1301684361740157987

Angin teduh bertiup dari arah tenggara Samudra Hindia ke pantai ancol di akhir bulan Maret..Orang Jakarta menyebutnya hari weekend yang indah. angin sejuk sepoi-sepoi yang membawa suasana baik..Di sepanjang bulan Maret yang lalu, banyak orang-orang yang menyempatkan waktunya untuk bermain dan memancing di tepi pantai ancol (dermaga). Itu adalah waktu terbaik saya untuk menikmati suasana sore  di anjungan dermaga Ancol. Minggu sore itu, dermaga seperti suasana dalam sajak Senja di Pelabuhan Kecil. Matahari di atas lembah bersinar teduh. Membuat bayangan kapal pukat cincin Thailand dan Nias yang bersandar, jatuh di laut, bergerak seirama pasang surut gelombang. Pulau di depannya begitu tenang. Decit pintu kayu kapal yang sedang melantun nyaris tak terdengar. Di kejauhan, tanjung-tanjung berpantai pasir koral putih berselang-seling dengan hijau hutan bakau. Di kanan-kiri sesekali muncul selingan gelap, dimana muara sungai sedang menumpahkan airnya yang berlumpur ke laut. Walaupun pemandangan senja itu setenang kartu pos, tidak demikian dengan pikiran saya. Hati sedang gundah. Tapi bukan sejenis goncangan perahu ditengah badai. Mirip perasaan ketika kamu menyadari sedang dikhianati kekasih. Sakit pelan-pelan seperti mabuk di atas sampan di tengah alun tenang. Kerisauan ini terasa berat ketika melihat Kota Jakarta (pantai Ancol) yang semakin semerawut tiap hari. sepertinya menjadi kumpulan kata yang sering kita lihat maupun kita dengar. maraknya banjir di kota besar, longsor di daerah, termasuk penggundulan hutan menjadi isu yang dari dahulu tak pernah hilang. berita-berita di TV, koran hingga online juga menceritakan bencana-bencana di Indonesia yang kerap terjadi. jangan salahkan bumi, yang mungkin memang sudah uzur. bagaimana kalau kita melihat dari diri sendiri. sudahkah kita memperhatikan bumi yang kita pijak ini ? beberapa bencana yang sering hadir, baik di Indonesia maupun di negeri lain, seharusnya menjadi cambuk bagi semuanya, pentingnya untuk menjaga, mempertahankan hingga mencintai lingkungan. keperdulian kita kepada lingkungan, memberi dampak positif bagi kita, maupun kehidupan setelah kita beberapa tahun ke depan. tidakkah kita ingin anak-cucu kita kelak hidup dengan sehat ? perwujduan keperdulian kita terhadap lingkungan, bisa dari diri kita sendiri, dan dari hal yang kecil.bukankah sebutir pasir bisa menjadi gunung bila disatukan. hal-hal yang kecil masih bisa kita wujudkan menjadi besar kelak. pasti. bagiku, yang bukan seorang pakar lingkungan, bukan pula mahasiswi jurusan lingkungan, dan bukan aktivis lingkungan, tetapi hanya seorang manusia yang mencoba untuk mempertahankan bumi untuk terus bisa berputar secara sehat. dan, saya belajar memulainya dari hal yang kecil. Dan saya pun berjalan menjauhi dermaga. Terlupa kalau pancingku tertinggal. saya berpikir, tentang banyak hal. saya menatap cahaya matahari yang memerah pelan-pelan. saya terus berjalan.  Saya masih menatap matahari senja dan berpikir. Langit sedikit gelap dan bintang-bintang muncul seperti kancing kristal di kosong cakrawala. Saya tidak tahu sudah berapa lama berjalan. Jejak kaki di pasir sudah terhapus air laut yang sedang pasang. Dari arah dermaga terdengar lengkingan terompet kapal yang segera berlayar. Ini senja yang aneh di bulan Maret. Saya masih berpikir, tentang banyak hal di Pantai Ancol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline