Sepak bola bisa menjadi alat untuk mewujudkan perdamaian dalam dua pihak yang bertikai, bukan malah sebaliknya menjadi penyebab dua pihak menjadi bertikai. Dalam mewujudkan sepakbola menjadi alat persatuan khususnya di Indonesia, perlu adanya rasa saling menghormati antara para suporter, perlu menjunjung tinggi sportivitas antar para suporter.
Dengan adanya rasa saling menghormati dan sportivitas antar suporter, maka untuk mewujudkan persatuan oleh sepakbola bukanlah hal yang mustahil.
Meski dalam tragedi Kanjuruhan ini tercatat bukan karena bentrok antar suporter, perlu diketahui bahwa dua klub ini memang sudah terlibat rivalitas sejak lama.
Pertemuan antara Arema dan Persebaya kerap menciptakan persaingan sengit di lapangan. Para supporternya pun dikenal memiliki hubungan yang kurang baik. Jika di lihat kembali perseteruan antara ke2 sporter ini pun pernah terjadi Saat itu, Persebaya menjalani laga melawan Persema Malang dalam lanjutan Liga Indonesia 1995/1996.
Pertandingan itu berakhir dengan skor 1-1 dan terlihat kurang memuaskan bagi Ngalamania (supporter Persema).Bus para pemain Persebaya yang akan menuju Surabaya tiba-tiba dihentikan oleh gerombolan Ngalamania. Mereka memecahkan kaca hingga salah satu pemain Persebaya, M Nurkiman, mengalami luka pada mata bagian kiri.
Nah, peristiwa yang menimpa Nurkiman ini disebut menjadi cerita awal rivalitas dua kelompok supporter ini. Persema sendiri merupakan saudara tua dari klub sepak bola Malang, termasuk Arema. tetapi tak di sangka tragedi itu pun terulang kembali ,bahkan menimbulkan bahak koban jiwa di dalamnya.
Saat laga usai , semua berjalan aman ,hanya pemain persebaya berlari ke ruang ganti saat pluit berbunyi, aremania menyayikan lagu sindiran untuk arema karena kalah. Sekitar 3-5 menit laga usai ada beberapa orang supporter aremania lari ke tengah lapangan untuk bertemu dengan official atau pemain.
Pertama, ini adalah situasi dimana awal suporter masuk lapangan. Yang ada di lapangan hanya official & tim Arema. Pemain persebaya sudah aman di dalam ruang ganti. Suporter masuk lapangan tidak merusuh melainkan untuk menghampiri pemain (menyapaikan kesedihan, memeluk pemain).
Kedua, ini adalah tindakan pemukulan mundur yang dilakukan keamanan kepada suporter, yang notabenenya wajar & tidak masalah. Video ini juga memperlihatkan bahwa suporter perlahan juga sudah mundur menjauhi lorong ruang ganti.
Berbarengan dengan mundurnya suporter tidak membuat pihak keamanan puas, mereka membabi buta & brutal menendang memukuli saudara-saudara kami. ini yang membuat situasi semakin kacau karena banyak teman yang tidak terima ketika teman lain dianiaya.
Akhirnya inilah yang paling fatal, tidak hanya 1-2 selongsong GAM (Gas Air Mata) yang ditembakkan ke arah tribun yang notabenenya suporter berkumpul dan sudah mundur tapi belasan selongsong Gas Air Mata! Logikanya ketika sudah lapangan sudah mulai steril ya sudah biarkan keluar. Sudah banyak yang melambaikan tangan karena tidak bisa melihat, tidak bisa bernafas, mata perih. bukan 1-2 tapi belasan selongsong GAM (Gas Air Mata).
Disisi lain dari pintu keluar tribun yang masih tertutup. Bagi yang pernah merasakan gas air mata, pasti tau rasanya ini perih di mata, susah bernafas. Apalagi diruangan sempit dengan kerumunan orang dan tertutup seperti ini. Pintu keluar tertutup, kondisi kalut, mata perih, udara tidak bisa dihirup.