[caption id="attachment_219691" align="aligncenter" width="300" caption="Candi Sambisari tampak depan"][/caption] Candi Sambisari menjadi satu dari sekian candi yang menghiasi ranah istimewa tempat saya menciduk literan ilmu; Yogyakarta. Meski bangunannya tidak dapat dikategorikan besar, karena hanya memiliki satu bangunan candi utama yang kira-kira berukuran tidak lebih dari 10 x 10 meter, namun pesona candi yang terletak di dalam area perkampungan daerah Kalasan-Sleman ini tidak kalah saing dengan panorama yang saya dapat ketika mengunjungi candi-candi yang sudah memiliki nama seperti Prambanan dan Borobudur. Hanya saja yang patut disayangkan adalah keberadaan candi ini yang seolah tersembunyi atau bahkan tertimbun tanah, sehingga sulit untuk diketahui keberadaannya. Bahkan saya yang selama hampir dua tahun terakhir ini bolak-balik area tersebut saat hendak berangkat dan pulang kuliah (karena kebetulan rumah kakak yang saya tempati juga berada di daerah Kalasan) saja baru "ngeh" akan keberadaan candi yang entah sejak kapan menjulang di dasar tanah itu baru beberapa hari ini. Karena memang candi Sambisari ini terletak di bawah tanah. Bangunannya seperti mirip lapangan di dalam sebuah gelanggang stadion. Di mana candi tersebut berada di bawah, dengan undakan-undakan tangga terbuat dari batu yang mengelilinginya dapat digunakan sebagai titian untuk mencapai bangunan yang "dikawal" oleh tiga bangunan candi kecil pada bagian depan kanan, tengah, dan kirinya yang nampak cukup rusak parah akibat terjangan gempa yang sempat melanda kawasan Yogyakarta.
[caption id="attachment_219694" align="aligncenter" width="300" caption="Candi Sambisari tampak atas"]
[/caption]
Dengan harga tiket masuk hanya sebesar Rp1.000,- untuk anak-anak dan Rp2.000,- untuk orang dewasa, kita sudah dapat menikmati fasilitas alam eksotik yang tersaji alami di kawasan candi yang meski memiliki bangunan kecil, namun taman atau halaman yang menyertainya bisa dikatakan sangat luas untuk ukuran candi "invisible". Pantas saja jika kawasan objek wisata yang tidak ramai pengunjung ini juga dimanfaatkan untuk olahraga lari, di samping tetap menjadi studio foto gratis bagi para pengunjung yang rata-rata atau bahkan mayoritas, karena saat hari Senin sore kemarin saya bertandang ke sana para pengunjungnya didominasi remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Termasuk saya yang kala itu berkunjung bersama teman wanita terspesial saya. hihihi. :D
[caption id="attachment_219710" align="aligncenter" width="300" caption="Candi Sambisari tampak samping"]
[/caption]
[caption id="attachment_219706" align="aligncenter" width="300" caption="Undakan tangga batu menuju Candi Sambisari"]
[/caption]
Setelah menuruni undakan tangga, saya harus berjalan lagi guna mencapai pintu tanpa palang kedua yang juga terbuat dari batu yang dihiasi rerimbunan rumput liar di kiri dan kanannya. Setelah melewatinya, saya masih harus berjalan melintasi taman dan ketiga candi kecil yang saya ibaratkan bertindak sebagai tameng atau mungkin juga penerima tamu, untuk bisa sampai ke pintu ketiga yang terletak pada candi utama.
[caption id="attachment_219708" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu ketiga pada candi utama"]
[/caption]
Setelah berhasil melangkahkan kaki pada pintu ketiga tersebut, sampailah saya pada pelataran candi yang tidak begitu luas, namun cukup nyaman untuk dikelilingi atau dijadikan sebagai background foto.
[caption id="attachment_219711" align="aligncenter" width="300" caption="Pelataran candi utama"]
[/caption]
Dari sana, hanya berjarak kurang dari dua meter dari pintu ketiga, terlihatlah pintu utama candi yang juga terbuat dari batu. Cukup eksotik dengan ukiran-ukiran dan reliefnya yang juga terdapat di sekeliling dinding candi utama di pelatarannya.
[caption id="attachment_219712" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu utama Candi Sambisari"]
[/caption]