Lihat ke Halaman Asli

Levianti

Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Emang Bener, Rayuan Bos Adalah Maut?

Diperbarui: 8 Juli 2024   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber ilustrasi: Quora )

"(Rayuan) Bos adalah Maut" merupakan topik pilihan terkini yang diangkat oleh Tim Kompasiana. Tanpa membaca uraiannya, hal yang langsung terlintas di benak saya adalah kasus bos yang terlibat keintiman dengan subordinatnya. Mungkin karena salah satu berita aktual adalah tentang tindakan asusila yang dilakukan oleh ketua KPU bersama salah satu anggota timnya.

Namun setelah membaca uraiannya, isi artikel tidak menyinggung mengenai kedekatan seksual antara pimpinan dan bawahan. Tim Kompasiana mengajak Kompasianer berbagi tips mengenai bagaimana cara menyikapi permintaan bos untuk menyelesaikan pekerjaannya yang banyak dan mendadak.

Terus terang, ada perbedaan reaksi pribadi terhadap dua inti yang ditangkap tersebut di atas.

Pada inti pertama, yang terkait dengan syahwat, reaksi saya ternyata adalah rasa marah. Ada perasaan terluka akibat dimanfaatkan secara egois dan tidak selayaknya.

Sementara terhadap inti kedua, yang terkait dengan peningkatan beban kerja yang lebih tinggi daripada lingkup tanggung jawab pribadi, reaksi yang hadir adalah perasaan tertantang! Saya merasa dipercaya dan memperoleh kesempatan untuk berkembang.

Yang menarik perhatian saya kemudian adalah bahwa dari stimulus eksternal yang sama, nyatanya dapat menghasilkan reaksi internal yang berbeda. Bahkan di dalam diri saya sendiri, ketika membaca tajuk "(Rayuan) Bos adalah Maut", dapat menghasilkan 2 reaksi. Apalagi bila tajuk tersebut dilemparkan ke khalayak pembaca. Tentunya akan ada banyak ragam reaksi personal, bergantung pada sudut pandang dan pengalaman pribadi yang bersangkutan.

Bilamana stimulus eksternal sudah ditentukan, atau berada di luar kendali kita, maka sesungguhnya penentu hasil dari situasi tersebut adalah respon diri kita sendiri. Oleh karena itu, individu perlu jujur berterus terang terhadap dirinya sendiri, bagaimanakah ia mau secara bulat memberikan tanggapannya.

Tanggapan individu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bulat menerima, sepenuhnya menolak, serta bimbang antara menerima dan menolak.

Ketika seseorang secara bulat menerima ataupun menolak, ia telah berani mengambil tanggung jawab untuk menentukan keputusan. Keberanian tersebut akan menciptakan perubahan. Perubahan berkualitas konstruktif saat individu siap menanggung apapun konsekuensi dari keputusannya. Komitmen ini penting, karena optimisme nyata memberi daya untuk mengatasi tantangan di muka.

Yang menjadi masalah adalah manakala seseorang merasa bimbang. Misalnya di satu sisi, ia ingin mengambil kesempatan, sementara di sisi lain ia meragukan kemampuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline