Aku lahir dengan hati yang lebih menyukai terang.
Kukira setiap bayi juga dilahirkan dalam keadaan demikian.
Bukankah dibutuhkan waktu khusus untuk bisa beradaptasi menikmati gelap?
Namun hatiku yang mencintai terang itu dipatahkan oleh orang yang amat kusayang.
Dalam ketidaksadarannya, ia menggunakan segala penerangan yang ada untuk membenarkan kegelapan dosa.
Bertahun-tahun aku terpuruk meratapi luka.
Silih berganti dengan api amarah yang mudah tersulut dan langsung membakar seketika.
Hatiku sinis mencibir cahaya!
Sampai akhirnya aku kelelahan kosong daya.
Tidak ada pilihan selain berserah kepada Sang Ada.