Lihat ke Halaman Asli

Levianti

Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Terampilkah Saya untuk Memilih?

Diperbarui: 7 Februari 2024   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustration of labyrinth lines (Stanford HAI-University)

Mengapa saya menyantap makanan ini? Karena saya lapar? Atau karena saya ingin menikmatinya?

Mengapa saya berdandan? Untuk menutupi bagian jelek yang tidak saya suka? Atau meng-highlight keindahan?

Mengapa saya bekerja? Terpaksa untuk bertahan hidup? Atau karena saya suka melakukannya?

Dalam rentang satu hari, ada banyak pertanyaan berikut alternatif jawaban yang kita pikirkan. Ada banyak kesempatan yang kita miliki untuk memilih. Bagaimanakah kita menggunakan kesempatan-kesempatan tersebut? Sudahkah saya terlatih untuk memilih?

Pemilih Impoten

 

Dari ilustrasi ketiga pertanyaan sederhana di atas, setidaknya ada dua dasar yang digunakan orang saat memilih. Pertama, dasar penolakan, untuk menghilangkan kenyataan yang dianggap negatif. Kedua, dasar penerimaan, untuk menampilkan kenyataan yang dianggap positif.

Makan untuk menghilangkan rasa lapar, berdandan untuk menutupi bagian jelek wajah, dan bekerja untuk memaksakan diri bisa bertahan hidup merupakan contoh pilihan yang diambil dengan dasar penolakan.

Sebaliknya, makan karena tertarik untuk menyantap hidangan, berdandan untuk mengangkat keindahan, dan bekerja karena suka melakukannya adalah contoh pilihan yang diambil berdasarkan sikap penerimaan.

Sekilas, kedua dasar ini kualitasnya berbeda. Sikap penolakan terlihat kurang baik, seperti lari dari kenyataan, dan rasanya tidak enak. Sementara sikap penerimaan tampak lebih ideal, karena ibarat merangkul kehidupan, sehingga rasanya menyenangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline