Lihat ke Halaman Asli

Levianti

Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Kepada Sang Guru: Hormaaaat, Grak!

Diperbarui: 24 November 2023   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Kutipan Joaqin Phoenix dalam Rani R Tyas' Journal)

Tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru nasional. Peringatan ini ditujukan untuk menghormati jasa guru dalam membangun generasi penerus bangsa (Nugroho, 2023).

Semasa kuliah, ada satu orang guru yang penulis sangat hormati oleh karena integritasnya. Beliau memotivasi: "Bilang A, lakukan A!" Bahkan teladan perbuatannya menunjukkan bahwa beliau tidak bilang A sebelum melakukan A secara signifikan.

Rasa hormat mendorong penulis untuk terbuka menerima dan patuh menjalankan nasihat guru. Salah satu nasihat utama beliau dalam hidup penulis adalah: "Diamlah! Hentikan omong kosongmu yang mendestruksi dunia!"

Sikap reaktif penulis pada waktu itu spontan belum sepenuhnya menerima. Bagaimana mungkin kepedulian penulis turut membahas permasalahan sosial malah berdampak merusak lingkungan sekitar?! Batin penulis beriak protes menggugat.

Namun gelombang hormat penulis kepada sang guru berkualitas bulat. Maka pintu hati penulis pun lapang terbuka. Keesokan harinya, penulis mulai berlatih melakukan aksi diam selama sebulan sesuai arahannya.

Tidak langsung berkomentar mengikuti keinginan hati. Tidak membuang sampah kata ke lingkungan untuk melegakan diri sendiri. Tidak usah menghubungi / sebentar-sebentar mencari interaksi. Diam sajalah! Apa pun yang bergejolak, bergemuruh, mendesak kuat, yakin sangat penting diungkap... tetap diam sajalah.

Belum seminggu berdiam diri, manfaatnya sudah terasa. Perasaan lebih tenang. Pikiran lebih jernih. Dampak keberadaan lebih kuat.

Seperti pada suatu pagi. Penulis sedang berlari seorang diri mengelilingi lapangan pada jalur yang tersedia. Sekelompok pemuda datang. Mereka berdiri dan berbincang di tengah-tengah jalur lari. Penulis melipir dari jalur lari, masuk ke lapangan, lalu kembali ke jalur setelah melewati kelompok pemuda itu.

Mereka tidak sadar telah menghalangi jalur lari. Mereka juga mengeluarkan komentar yang tertuju kepada penulis, yang menimbulkan rasa tidak nyaman.

Namun penulis ingat arahan sang guru untuk latihan diam. Maka penulis fokus berlari dalam diam. Meski mereka bertahan menghalangi jalur dan masih berkomentar mengusik. Reaksi pikiran dan perasaan negatif tersalurkan dan kembali netral melalui napas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline