Lihat ke Halaman Asli

Levianti

Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Berjudi Gegara Ingin Senang dan Mudah Terpengaruh?

Diperbarui: 27 Agustus 2023   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Nikhil Tiwari-i.pinimg.com-pinterest)

Waktu kecil, saya suka berharap-harap cemas saat membuka bungkusan balon tiup. Atau permen. Pasalnya, saya ingin mendapatkan hadiah! Namun sayang. Saya hampir selalu bertemu dengan kalimat: Maaf, Anda belum beruntung. Cobalah sekali lagi. Saya pun kecewa, sedikit gusar, dan tertantang. Rasanya seperti ada dorongan di dalam diri untuk mencoba lagi. Barangkali saja, kali berikutnya saya akan beruntung. Apakah pembaca pernah mengalami hal serupa?  

Emosi berharap-harap cemas yang saya alami pada waktu kecil tersebut masih acap berlanjut hingga sekarang. Misalnya saat menulis di Kompasiana. Ada sejenak momen harap-harap cemas saat menilik apakah tulisan saya memperoleh label dari editor atau tidak. Hehehe....

Saya jadi bertanya-tanya. Apa yang sebetulnya sedang terjadi di dalam diri saat mengalami momen harap-harap cemas itu. Menurut Francis (dalam Lahitani, 2021), perasaan seperti memenangkan lotre dinamakan sebagai perasaan euforia. Hormon yang memunculkan perasaan euforia adalah hormon dopamin. Dopamin adalah bahan kimia otak yang terlibat dalam kecanduan.

 

Menurut dr. Gabriella Florencia (2023), dopamin adalah zat kimia di dalam otak, yang bisa meningkat kadarnya saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Hmmm... ini berarti, dopamin bukanlah penyebab, melainkan akibat. Ingin senanglah yang merupakan faktor penyebab dari aneka perilaku mencari keberuntungan.

Termasuk... perilaku berjudi online?

Motif mahasiswa di kota Padang bermain judi bola secara online diteliti oleh Yozzi Yuda Pratama dan Erianjoni. Dari 15 mahasiswa yang diteliti, diketahui adanya 4 motif yang mendorong mereka melakukan judi bola secara online

Pertama, motif sosial, yaitu karena adanya pengaruh pergaulan lingkungan.

Kedua, motif keamanan, yaitu pelaku merasa bermain judi bola online lebih aman daripada bermain judi biasa. 

Ketiga, motif prestise, yaitu berkaitan dengan wibawa seseorang, kemampuan maupun prestasinya, di mana mereka merasa memiliki keterampilan / kemampuan dalam bermain judi bola online

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline