Tak bisa dipungkiri, salah satu alasan karyawan berpindah tempat kerja, ataupun bidang profesi, adalah untuk memperoleh financial freedom. Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa besar pengaruh faktor eksternal terhadap kondisi merdeka finansial?
Pertanyaan ini akan coba penulis proses melalui susur pengalaman hidup X, tiga hasil penelitian terkait, dan diskusi dengan seorang ahli.
Salah satu pekerjaan yang X tekuni mulai tahun 2006 adalah sebagai tenaga pendidik. Pada tahun 2012, X ingin berenang di "kolam" yang lebih besar dengan cara menjadi associate assessor di pusat asesmen berskala nasional. Di sini, X merasa lapang "berenang".
Pada tahun 2014, X tertarik pindah tempat kerja, dengan pertimbangan untuk menambah penghasilan secara signifikan. Peluang terbebas dari rasa takut kekurangan cukup besar mengingat perusahaan baru berskala internasional, sehingga tawaran kerja lebih kontinu dengan insentif konsisten lebih besar.
Setelah pindah, X merasa sejenak bebas dari rasa takut kekurangan tersebut. Apalagi ritme kerja perusahaan lebih pas dengan ritme kerjanya, sehingga proses kerja terasa lancar dan hasil kerja terasa memuaskan.
Namun keinginan merdeka finansial ternyata kembali datang. Kali ini bentuknya berupa ingin memperoleh kepastian penghasilan setiap bulan, pun peningkatannya secara periodik. Maka pada tahun 2018, X tidak hanya pindah tempat kerja, melainkan juga bidang dan jalur pekerjaan, dari bidang asesmen jalur fungsional menjadi bidang administrasi jalur struktural.
Sekali lagi, X merasa sejenak aman finansial. Apalagi budaya perusahaan (tempat kerja baru)nya sederhana dan efisien, sehingga X belajar menurunkan standar gaya hidupnya dan berhemat.
Namun, seperti pekerjaan rumah hidup yang belum selesai benar dan masih perlu revisi, X kembali mengalami rasa tidak puas dan takut kekurangan. X merasa sudah total bekerja keras namun belum dapat leluasa memenuhi keinginannya. Masih saja ada rasa khawatir dan ingin lebih yang menggodanya untuk pindah kerja.
Karena sudah tiga kali berulang, X mulai waspada. Sungguhkah akar kebutuhannya adalah rasa aman finansial? Ataukah ada kebutuhan lain yang lebih mengakar, dan meminta cara lain untuk dapat memenuhinya?