Lihat ke Halaman Asli

Levianti

Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Rasa Keadilan & Welas Asih

Diperbarui: 23 Juli 2023   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Adaptasi Canva: eL)

eMKa kehilangan kata. Hakim menjatuhkan hukuman mati kepada anak sulungnya atas pembunuhan berencana terhadap sang adik, anak bungsunya.       

Kalau Anda menjadi eMKa, apa yang akan Anda lakukan? Mari, kita telusuri bersama reaksi-reaksi apa saja yang muncul, dalam rangka memaknai adab konstitusi.

Reaksi spontan yang mungkin menguak ke permukaan adalah: "Amit-amit! Jangan sampai kejadian eMKa menimpa kita!" Reaksi ini menunjukkan sikap penolakan kita terhadap peluang terjadinya kenyataan yang menakutkan. Melalui jurus "amit-amit", kita meredakan ketakutan yang sempat menyeruak.

Reaksi kedua, kita bisa jadi mengambil peran sebagai pengamat yang berempati kepada eMKa. "Kasihan eMKa. Sudah kehilangan anak bungsu, harus kehilangan juga anak sulung, dan terlalu menyiksa cara ia kehilangan kedua anaknya." Melalui jurus empati, kita menghadirkan emosi positif.

Reaksi ketiga, pikiran logis kita biasanya mulai aktif menimbang-nimbang perkara. "Jarang sekali hakim memenangkan pihak yang lemah dalam konflik dengan pihak yang kuat. Keputusan hakim sudah tepat dan memenuhi rasa keadilan para pihak. Memang menyiksa bagi eMKa. Namun inilah takdirnya." Dengan jurus opini, kita seperti menemukan solusi.

Reaksi keempat, perangkat nilai luhur ada kalanya turut andil. "Bagaimana dengan welas asih dan pengampunan? Bukankah Tuhan juga belum mencabut nyawa sang pembunuh? Apakah kita sama saja membunuh dia bilamana kita mendahului Tuhan dalam mencabut nyawanya?" Jurus refleksi ini menuntun kita masuk ke dalam ruang hati nurani.

Reaksi kelima, kita mulai beraksi mengikuti tuntunan nurani. "Kalau saya jadi eMKa, saya akan mengampuni diri sendiri dan anak-anak, memohonkan pengampunan bagi sang anak sulung, serta menemani anak sulung dalam usaha menyembuhkan luka batin dari keluarga sang bungsu." Jurus aksi dan mawas diri membuka pintu perubahan.

Maka hasil penelusuran reaksi terhadap kasus di atas dapat kita rangkum sebagai berikut:

  • Amit-amit untuk meredakan emosi negatif
  • Empati untuk menghadirkan emosi positif
  • Berpikir untuk menemukan solusi
  • Refleksi untuk berpusat pada nurani
  • Aksi dan mawas diri untuk transformasi

Berdasarkan hasil penelusuran reaksi tersebut, bagaimana kita memaknai adab konstitusi?

Konstitusi / aturan menjadi patokan bersama dalam menyikapi peristiwa. Peristiwa yang tidak sesuai dengan konstitusi akan menimbulkan konsekuensi negatif. Misalnya pembunuhan berencana yang berakibat hukuman  mati. Atau simulasi menjadi eMKa yang spontan kita tangkis dengan jurus "amit-amit".

Konstitusi menentukan arah pemecahan masalah. Masalah dapat kita tindak lanjuti secara bersama-sama dengan cara mengikuti panduan langkah yang tertera di dalam konstitusi. Misalnya pembunuhan berencana yang diperkarakan, dan diikuti bersama proses peradilannya sampai tuntas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline