Malam ini Bejo harus lembur di kantor. Dia sudah menyediakan amunisi berupa kopi dan beberapa cemilan, salah satunya batagor gerobak biru yang pedagangnya kumisan.
Setelah beberapa kali nyeruput kopi, akhirnya dia pun teringat akan batagor yang tadi sore dibeli di depan kantor.
Dengan segera Bejo membuka ujung plastik batagor menggunakan gigi kuningnya, maklum tadi pagi lupa sikatan. Tangan kanan sibuk memainkan mouse komputernya, sedangkan tangan kiri memegang bungkusan plastik berisi batagor yang sekarang dikunyah dengan nikmat. Mata Bejo tak lepas sedikitpun dari layar komputer.
Suapan pertama bikin Bejo merem melek setengah ngantuk. Suapan kedua membuatnya agak heran karena rasa batagor sedikit aneh dengan bau khas yang sudah dikenalnya sejak dulu.
"Kok ini kaya bau nggak asing dan sering gua cium di kost-an gua, ya?" Bejo pun langsung mengamati isi bungkusan plastik yang digenggam tangan kirinya, terlihat sepasang kaki yang sudah nggak asing lagi baginya. Bejo langsung kaget dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan sisa batagor rasa kecoa yang ada di mulutnya.
Tak lama kemudian, muncullah serombongan kecoa dari lubang pembuangan air di kamar mandi. Serombongan kecoa itu mengejar Bejo dan ternyata kecoa itu bisa bicara sambil teriak, "Hei, Bejo! Kenapa teman kami yang nasibnya jelek nyemplung ke bumbu batagor Mang Kumis malah kamu makan, hah?! Kamu tegaaaa!"
Rombongan kecoa terus mengejar Bejo, sampai Bejo kelelahan di dalam kantornya sendiri dan akhirnya Bejo pun pingsan.
Tak lama kemudian Bejo sadar setelah hidungnya mencium bau minyak nyongnyong favoritnya.
"Tidurnya enak ya, Jo?" Rupanya Bos dan beberapa temannya sedang mengerumuni Bejo karena Bejo tertidur di meja kerjanya sambil teriak-teriak.
Bejo melihat tangan kirinya yang masih menggenggam bungkusan plastik berisi batagor Mang Kumis. Dia segera mengelap iler bumbu batagor yang ngalir keluar mulut karena tertidur saat masih ngunyah batagor kesukaannya itu.