PENGARUH ERA DIGITAL DALAM DUNIA PUBLIC RELATIONS
Pesatnya perkembangan teknologi utamanya dalam ranah informasi dan komunikasi memiliki pengaruh yang besar untuk seluruh aspek kehidupan kita. Perkembangan teknologi yang ada membawa kita ke pada era digital. Pada era digital tentunya terjadi digitalisasi besar-besaran pada sebagian besar aspek kehidupan dan pekerjaan. Public Relations (PR) menjadi salah satu aspek professional yang terdampak atas adanya digitalisasi. Dalam menghadapi digitalisasi dalam berbagai aspek, Public Relations harus paham dampak apa saja yang memengaruhi dunia Public Relations serta bagaimana mengatasi hal tersebut. Berikut merupakan pengaruh yang dibawa oleh Era Digital dalam dunia PR:
- Era digital merubah cara pandang PR dalam membangun citra perusahaan atau brand
Berkembangnya internet dan berbagai teknologi pendukungnya membuat orang semakin mudah untuk mengakses informasi apa saja yang mereka inginkan. Hal ini akan berpengaruh untuk para praktisi PR terutama dalam membangun reputasi dari brand atau perusahaan. PR dituntut untuk memiliki skill lebih untuk membangun reputasi, bukan saja melalui media konvensional, melainkan melalui berbagai platform media digital dan media sosial. Seperti yang kita ketahui berbagai jenis platform media digital dan media sosial juga memiliki demografik yang berbeda-beda. Maka dari itu, praktisi PR harus banyak melakukan research mendalam untuk mendukung usaha membangun reputasi dari brand terkait. Perkembangan ini juga ‘mendekatkan hubungan’ brand terkait dengan publik, sehingga PR harus bisa memelihara hubungan yang baik dan harmonis. Brand yang memiliki reputasi positif merupakan kesuksesan dari PR dalam mengkomunikasikannya kepada publik melalui berbagai platform media.
- Strategi konten untuk menciptakan loyalitas
Brand awareness merupakan tahapan awal yang sangat penting untuk sebuah brand. Era digital dapat membantu brand tersebut untuk mendapatkan awareness tersebut dengan lebih mudah. Namun setelah awareness tercapai, maka sebuah brand harus membangun kepercayaan yang tentu lebih kompleks dalam pencapaiannya. Loyalitas akan produk ini begitu penting, karena dalam era digital ini, berbagai hal bisa terjadi, baik arus informasi yang mrugikan brand, adanya produk baru yang memiliki daya tawar lebih, dan berbagai hal lainnya. Adanya loyalitas akan membuat pelanggan bertahan dari berbagai kemungkinan yang terjadi. Maka, PR harus membuat strategi konten yang nantinya membuat para konsumen terkesan dan bisa terus setia dengan brand terkait. Beberapa strategi konten yang bisa diterapkan yaitu dengan membagikan konten-konten relevan di berbagai platform atau membuat konten yang bisa melibatkan konsumen secara langsung. Sehingga komunikasi dua arah tetap bisa terjaga dan loyalitas konsumen atas brand bisa terwujud serta terjaga.
- Utamakan engagement
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, di era digital media sosial semakin berkembang dan juga memiliki peran yang sangat krusial dalam kehidupan kita. Hampir semua orang merupakan pengguna aktif dari media sosial. Sebuah brand biasanya memiliki brand ambassador (yang biasanya adalah artis) atau seseorang yang ditunjuk untuk merepresentasikan dan mempromosikan brand tersebut. Untuk perusahaan baru atau perusahaan yang memiliki budget terbatas, untuk menggunakan brand ambassador merupakan sebuah kendala tersendiri. Namun dengan adanya influencer maka sebuah brand tidak harus memiliki brand ambassador dan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Dengan memanfaatkan influencer juga, diharapkan para pengikut mereka bisa berinteraksi dan komunikasi dua arah bisa terjadi. Interaksi yang terjadi ini bisa membuat hubungan antara brand dan konsumen menjadi lebih baik. Selain itu konsumen bisa memberikan testimonial secara langsung sehingga ini berkesan lebih genuine yang nanti akhirnya bisa meningkatkan kepercayaan publik terhadap brand.
- Pentingnya analisis ROI (Return of Investment)
Era digital banyak menawarkan berbagai kemudahan untuk kehidupan kita, salah satu kemudahan yang bisa dirasakan oleh PR adalah kemudahan untuk mendapatkan analisis. Analisis yang dimaksud adalah keberhasilan dari kegiatan PR yang sudah dilakukan. Sebelum era digital, untuk mendapatkan analisis tersebut merupakah hal yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Ini juga yang menyebabkan sulitnya untuk mengetahui ROI. Namun sekarang dengan menggunakan tools-tools yang ada, analisa tersebut dapat dengan mudah untuk dilihat.
PUBLIC RELATIONS DAN PERILAKU KONSUMEN ERA DIGITAL
PR masa kini dituntut untuk fasih berhubungan langsung dengan konsumen maupun dengan media selaku influencer. Dan kita semua paham, karakter konsumen di dunia maya sudah pasti tidak sama dengan karakter jurnalis, media atau industri media, atau karakter media influencer lain.
Konsumen yang tergabung di sosial media tidak butuh bahasa yang manis dan formal ala siaran pers. Yang mereka butuhkan adalah juru bicara perusahaan yang mengerti kebutuhan mereka dan sekaligus merespon keluhan mereka secepat mungkin. Konsumen juga butuh seorang praktisi PR yang bisa berinteraksi langsung dengan mereka dan melakukan percakapan. Praktisi PR wajib “berbicara” sesuai brand personality yang diwakilinya. Sebab, produk yang mengecewakan atau cacat tak mudah ditutupi dengan taktik-taktik PR tradisional. Kita tidak bisa begitu saja mengancam dan membungkam konsumen. Bahkan usaha untuk membungkam konsumen hanya akan menimbulkan gerakan melawan dan tak urung dapat merusak brand image perusahaan. Bahkan mendapat dukungan dari konsumen lain yang merasa mendapat pengalaman yang serupa memberikan respon negatif mengenai perusahaan.
Bukan hanya perilaku konsumen yang berubah dengan adanya media sosial. Hal lain yang juga berpotensi memusingkan banyak praktisi PR adalah kecepatan perubahan medium di media sosial. Apa boleh buat, praktisi PR juga harus berpacu melawan kencangnya laju perkembangan media online di soial media. Tidak mengherankan bila sekarang sedang tren lowongan pekerjaan untuk posisi PR, terutama di konsultan dan agency, ditambahi dengan kualifikasi “familiar dengan media sosial, dan media online”.