Lihat ke Halaman Asli

Ana Setiyani

Penikmat waktu

Ketika Konsep Emansipasi Terbentur Budaya Patriarki

Diperbarui: 23 Januari 2020   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tinggal di keluarga Jawa yang sedikit kental dengan nilai-nilai Jawanya di era globalisasi dan "setara-isasi". Merasa bangga ada, karena budaya Jawa masih sedikit terjaga. Namun disisi lain, dilema juga melanda. Melihat realitas di lingkungan terdekat saya, membuat saya berfikir 2 kali dengan ramainya isu emansipasi yang diprakarsai oleh Kartini pada zamannya. 

Sedikit geram dengan kaum adam jika yang terjadi seperti ini. Maunya, emansipasi perempuan. Perempuan keluar dari pembiasaan yang berkutat dalam tugas rumahan. Hak dan kewajiban setara, tapi giliran laki-laki diberikan tugas rumahan angkat tangan. Lempar ke perempuan karena katanya "sudah kodrat, begitu tugas mereka".

Miris sekali hidup di lingkungan yang menganut budaya patriarki namun mencoba memasukkan konsep emansipasi.  Perempuan dituntut segala hal, tapi tetap.. laki-laki yang memegang kendali.

Sekali waktu, wacana tentang emansipasi laki-laki sepertinya perlu. Tidak hanya ide tentang perempuan yang keluar ke ranah publik, tapi juga masuknya laki-laki mengambil peran di ranah domestik.

Dari dalam lubuk hati, perempuan pasti memiliki keinginan untuk bisa berbakti. Jika laki-laki bisa lebih menghargai, sedikit bantuan dan kemandirian kalian adalah bukti, bahwa kami perempuan bukan hanya pelayan, tapi merupakan pasangan yang saling berbagi kasih sayang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline