Kota Bandung, memperingati HUT RI ke 74 Rumah Marhaen indonesia bersama dengan museum kota bandung mengadakan diskusi tematik mengenai Djalan revolusioner kita (Djarek) penemuan kembali marhaenisme sebagai upaya menentang neo kolonialisme dan imprealisme global.
Djarek adalah suatu kalimat dari pidato bung karno tahun 1960 yang didalamnya memuat Garis garis besar haluan negara di era presiden pertama republik indonesia setelah 14 tahun kemerdekaan tahun 1959.
Diskusi tematik ini dihadiri oleh ibu sukmawati sukarnoputri sebagai tokoh nasional sekaligus puteri presiden pertama republik indonesia,kemudian Fidelis giawa tokoh senior marhaenis bandung, juliaman saragih founder National and carakter building indonesia(NCBI) dan anas bukhori dari komisioner rumah marhaen indonesia.
Dalam diskusi tematik ibu sukmawati mengatakan bahwa jokowi sebagai representasi marhaenis di era sekarang, dengan kebijakan kebijakan berani beliau dapat bisa memberikan harapan baru dimasa depan untuk tatanan baik yang dicita citakan oleh bung karno." jokowi itu ya marhaenis, dia marhaenis sejati dengan kebijakan kebijakannya yang pro rakyat kemudian simpel dan terukur, maka ini dapat direpresentasikan contoh marhaenis tauladan untuk para seluruh marhaenis di indonesia". Ungkapnya pada saat mengisi materi .
Dengan kebijakan jokowi di periode pertama, sebagai pembuktian bahwa indonesia sedang tumbuh menjadi negara yang sangat ideal dan maju, terpapar jelas rakyat indonesia sangat mencintai beliau, meskipun pada tahap lain ada beberapa yang harus kita kritik juga tambahnya Selaras dengan yang di ungkapkan ibu sukmawati, anas bukhori sebagai komisioner rumah marhaen indonesia mengatakan hal serupa bahwa jokowi sebagai representasi marhaenis hari ini seperti yang dikatakannya saat diwawancara " saya satu pandangan dengan ibu sukmawati, bahwa presiden jokowi sebagai representasi dari marhaenis sejati di era ini, namun perlu dikritik juga seperti pada kebijakan yg lainnya yakni kebijakan jokowi belum menyentuh secara total dan serius mengenai menghapuskan sisa sisa feodalisme di tingkatan pinggiran, kemudian menghabisi kolomerasi ekonomi, makelar tanah serta kurang serius mengendalikan ikat imprealis global dalam rangka globalisasi di berbagai aspek seperti adipolitik liberalisme,adiekonomi sehingga budaya bangsa sedikit demi sedikit kurang dimintai" tandasnya anas bukhori. Acara yang digelar pada 24 agustus 2019 dimuseum kota bandung ini sangat mendapat apresiasi dari kepala musuem kang hengky sapaannya " Acara diskusi tematik yg diselenggarakan oleh rumah marhaen indonesia di museum kota bandung adalah upaya untuk menyampaikan kembali ajaran sukarno dari sumber aslinya, mereka adalah putri sukarno, para pakar yang terus menerus mengkaji ajaran sukarno dan rumah marhaen indonesia, yang melestarikan marhaenisme. Satu dari ajaran pendiri sukarno. Kegiatan ini dalam rangka memperingati hari kemerdekaan" pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H