Artikel ini ditujukan sebagai tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang diampu bapak Subhan Widiansyah, M.Pd. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Wayang merupakan suatu pertunjukan tradisional yang dipentaskan oleh dalang dengan menggunakan boneka dari kulit kerbau yang dirancang dengan rumit dan mendetail. Wayang biasanya menceritakan kisah-kisah yang berlatarkan kerajaan, dengan ciri khas mempunyai koreografi yang cekatan, menggunakan bahasa yang puitis, tata cahaya yang dramatis dan diiringi lagu lagu tradisional.
Menurut Arief Sadiman, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Pemilihan media belajar yang sesuai akan mempermudah siswa menyerap materi yang diberikan sehingga proses pembelajaran berjalan dengan maksimal.
Kecanggihan teknologi dan kemajuan zaman membuat kebudayaan asli Indonesia perlahan lahan terlupakan. Wayang yang dulunya merupakan hiburan yang ditunggu-tunggu berbagai kalangan dimasyarakat kini mulai tergantikan dengan berbagai kartun modern.
Para orang tua kini lebih memilih memberikan anaknya berupa hiburan film digital yang lebih mudah diakses dibandingkan wayang yang sarat akan unsur kebudayaan dan nilai nilai moral. Hal tersebut terjadi karena sulitnya menjumpai pementasan wayang dalam kehidupan sehari-hari dan kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung.
Wayang sebagai media belajar dapat menyelipkan nilai-nilai moral dan nilai pendidikan yang dapat dijadikan teladan bagi penontonnya. Penggunaan wayang sebagai salah satu media pembelajaran merupakan sebuah ide segar bagi guru sebagai variasi media pembelajaran.
Seperti kata pepatah "sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui", penggunaan wayang sebagai media pembelajaran merupakan ide yang brilian karena siswa tidak hanya mendapat ilmu tetapi juga menjadi mengenal kebudayaan Indonesia dan melestarikannya.
Dalam penggunaannya sebagai media pembelajaran, guru dapat menjadi dalang pertunjukan dan menceritakan berbagai kisah tokoh pahlawan Indonesia.
Guru bisa mengkreasikan kisah kisah wayang yang akan dipentaskan dengan sedikit modifikasi isi naskah agar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Pada prakteknya, guru bisa mengajak siswa untuk mencoba melibatkan dirinya dalam pementasan wayang sebagai bentuk partisipasi keaktifan. Pertunjukan wayang yang terkesan nyentrik sangat berpengaruh kepada antusias siswa sehingga tidak monoton dan membuat siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan.
Dalam pemetasannya, masing-masing tokoh yang ada dalam sebuah cerita perwayangan memiliki karakternya tersendiri. Guru dapat menyesuaikan karakter dari masing masing tokoh sehingga sesuai dengan materi dan tujuan belajar.