Lihat ke Halaman Asli

Ana Rahma

Love of my life

Pentingnya Memilih Metode Pembelajaran yang Tepat

Diperbarui: 18 Mei 2024   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kecakapan berbahasa Inggris terdiri dari kecakapan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dari empat kecakapan tersebut, membaca dan menulis merupakan kecakapan yang paling sering dilakukan dalam pengajaran Bahasa Inggris di dalam kelas. Dalam arti membaca dan menulis mendapatkan porsi yang lebih banyak dalam pengajaran di dalam kelas dibandingkan mendengarkan dan berbicara. Untuk kecakapan mendengarkan dan berbicara sering diabaikan di dalam pengajaran Bahasa Inggris di dalam kelas. Banyak hal yang menjadi penyebab mengapa kecakapan mendengarkan dan berbicara mendapatkan sedikit perhatian dalam pengajaran Bahasa Inggris di dalam kelas. Kurangnya materi, tidak tersedianya media pendukung, dan teknik pengajaran yang kurang tepat adalah beberapa hal yang menyebabkan kurangnya porsi dalam pengajaran kecakapan mendengarkan dan berbicara Bahasa Inggris.

Kecakapan berbicara adalah salah satu kecakapan yang dirasakan susah untuk dicapai dan dinilai. Hal ini disebabkan karena banyak hal yang harus diperhatikan dalam kecakapan berbicara. Grammar, pronunciation, kelancaran dan kosakata adalah beberapa hal yang diperhatikan dalam kecakapan berbicara. Di dalam kurikulum 2013 telah disebutkan kecakapan--kecakapan yang harus dikuasai oleh peserta didik pada masing-masing tingkat, akan tetapi masih sulit untuk pelaksanaannya. Terlebih lagi Bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai bahasa asing (foreign language) bukan sebagai bahasa kedua (second language). Jadi untuk penggunaan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari masih sangat kurang bahkan dapat dikatakan Bahasa Inggris tidak pernah digunakan dalam percakapan sehari-hari kecuali dalam pengajaran di dalam kelas.  Hal ini pula yang menjadi kendala dalam pengajaran kecakapan berbicara dalam kelas untuk tingkat SMP.

Banyak hambatan yang akan ditemui dalam proses pembelajaran speaking. Diantaranya adalah:

  • Siswa yang malu atau tidak mempunyai kepercayaan diri tinggi, hal ini lebih diakibatkan adanya rasa takut melakukan kesalahan.
  • Penguasaan vocabulary, siswa tidak akan bisa mengungkapkan Bahasa Inggris jika mereka tidak mempunyai basic vocabulary yang banyak.
  • Pelafalan atau pronunciation, adalah cara pengucapan vocabulary yang baik dan benar. Untuk menguasainya, siswa harus banyak mendengarkan Bahasa Inggris, baik itu dari film, music, atau sumber-sumber lainnya.
  • Grammar atau tata bahasa, diperlukan untuk menggabungkan kata menjadi kalimat. Dalam PP Nomor 15 Tahun 2015 tentang Standar Naional Pendidikan disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar proses pendidikan, bahwa:Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Pengajaran berbicara memerlukan materi, teknik dan metode yang beragam. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk membantu siswa agar mampu menguasai kecakapan berbicara Bahasa Inggris. Penggunaan teknik jigsaw adalah salah satu teknik yang menarik untuk membantu siswa menguasai kecakapan berbicara. Menguasai sebuah bahasa hanya bisa dilakukan dengan terus berlatih mempraktikkan penggunaannya sesering mungkin. Maka dari itu, penulis  memilih metode storytelling guna penerapan pembelajaran speaking yang terasa nyata terutama pada materi narrative text. Penulis berkeyakinan bahwa metode pembelajaran storytelling untuk penguasaan kemampuan berbicara akan memberikan satu pengalaman belajar yang nyata bagi peserta didik sekaligus menjadikan pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan sehingga mereka dapat mengambil manfaat pembelajaran secara maksimal.  Menurut pertimbangan penulis, metode ini dapat mendorong seluruh siswa agar menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Keaktifan siswa tersebut akan menciptakan suatu KBM yang bermutu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline