Lihat ke Halaman Asli

Gempa Megathrust: Memahami Penyebab, Dampak, dan Upaya

Diperbarui: 14 Oktober 2024   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara. news

Bandung - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengeluarkan surat edaran mengenai peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi. Surat edaran ini dikeluarkan sebagai respons terhadap arahan pemerintah pusat terkait potensi terjadinya gempa megathrust.

Dalam Surat Edaran Nomor 123-DPKB/2024 yang ditandatangani oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, A. Koswara, salah satu poin penting yang disampaikan adalah himbauan kepada Masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan dan antisipasi terhadap potensi gempa megathrust. Para Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan melalui sosialisasi, pelatihan evakuasi, dan simulasi penanganan bencana guna mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan.

Zona Megathrust Selat Sunda, atau yang dikenal sebagai Sunda Megathrust, telah menjadi fokus perhatian publik. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), para ahli mengungkapkan bahwa zona ini memiliki potensi bahaya yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh statusnya sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini perlu diwaspadai karena berpotensi melepaskan energi gempa yang signifikan dan bisa terjadi sewaktu-waktu.

Istilah megathrust berasal dari dua kata, yaitu "mega" yang berarti besar, dan "thrusting," yang mengacu pada mekanisme pergerakan gempa bumi yang bergerak ke atas, yang sering kali memicu tsunami. Jika digabungkan, istilah ini merujuk pada potensi gempa bumi dahsyat yang tidak hanya memiliki magnitudo besar, tetapi juga berpotensi menyebabkan tsunami besar.

Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc., menyebutkan bahwa ada tiga kondisi utama yang perlu diperhatikan untuk memahami potensi gempa berdasarkan hasil riset ilmiah. Dua dari tiga kondisi tersebut dapat ditemukan di zona Sunda Megathrust.

Sementara itu, daerah yang memenuhi ketiga kondisi tersebut secara lengkap adalah wilayah Kepulauan Mentawai. Meskipun demikian, baik Sunda Megathrust maupun Mentawai memiliki potensi gempa yang sama-sama besar, dan keduanya berpotensi memicu tsunami.

"Kalau kita bicara tentang potensi gempa di kedua lokasi tersebut, sama-sama besar," ujarnya dikutip dari rilis ITB, Selasa (17/9/2024).

Ada tiga kondisi utama untuk memahami potensi gempa:

  • Sejarah kegempaan, yang merujuk pada catatan gempa masa lalu.
  • Data pengamatan pola kegempaan saat ini, yang menunjukkan aktivitas gempa rendah di wilayah berpotensi mengalami gempa besar.
  • Akumulasi regangan, diukur melalui pengamatan deformasi, seperti GPS.

Menurut Prof. Irwan Meilano dari ITB, Selat Sunda hanya memenuhi dua dari tiga kondisi tersebut, sehingga risetnya tidak sekomprehensif di Kepulauan Mentawai. Meski demikian, potensi gempa besar di Megathrust Selat Sunda tetap ada, dengan energi yang terus terakumulasi.

Lokasi dan Potensi Sunda Megathrust

Sunda Megathrust terletak di bawah laut Selat Sunda, di antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia, yang terus bergerak dengan kecepatan 60-70 mm per tahun. BMKG memperingatkan bahwa gempa dari zona ini bisa dirasakan di Jakarta dan sekitarnya, karena jaraknya hanya sekitar 170 km. Potensi gempa mencapai magnitudo M 8,7, dengan kemungkinan tsunami yang bisa lebih tinggi dari tsunami Aceh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline