Lihat ke Halaman Asli

Biasa Aja Tanpa Lebay....

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedih boleh, namun sekedarnya saja. Senang harus, namun sewajarnya saja. Begitu juga ketika dilanda kebencian terhadap sesuatu. Bencilah sewajarnya saja jangan berlebihan karna sekarang benci belum tentu besuk pagi masih benci lhoo, bisa2 sebaliknya malah bener2 cinta alias menggilainya. Begitu juga ketika menyukai seseorang, sewajarnya saja. Karna bisa jadi esok hari ia akan menjadi orang yang paling kita benci. Sengit ndulit (red: kemakan omongan sendiri akibat terlalu membenci bahkan antipati terhadap sesuatu).

Mengapa itu bisa terjadi? Jawabnya karna kita terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu hal. Kita mempunyai pandangan yang terlalu tinggi terhadapa sesuatu, dan ketika apa yang kita bayangkan tidak terjadi dan bahkan meleset jauh dari perkiraan, maka kekecewaan yang timbul dan berimbas dengan rasa yang kita miliki. Tidak mengherankan jika cinta bisa jadi benci, benci bisa jadi cinta.., so sewajarnya saja.!

Begitu juga dalam hal persahabatan, biasa saja,sewajarnya saja. Jangan mendewakan persahabatan yang sedang dijalani, karna apa? Karna tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali-Nya. Dalamnya laut dapat diukur, namun dalamnya hati sapa yang tau?, begitu juga dengan perasaan para sahabat kita. Bisa jadi, mereka ngampet kegalauan terhadap kelakuan minus kita slama ini, yang ending-nya  berwujud bom waktu yang sewaktu2 dapat meledak tanpa baa bii buu,.. yaps meledak, tanpa ada kompromi., dan itupun sangat fatal akibatnya.

Tak kalah pentingnya terhadap interaksi di lingkungan sekitar,, sewajarnya saja-lah! Ga’ usah berlebihan ingin terlihat lebih dibanding yang lainnya. Lebih menarik, lebih kecii dilihat, lebih pandai, dan lebih lebih lebih lainnya. Sejatinya tampil sederhana, sewajarnya dan apa adanya sebagaimana mestinya jauuuuuuuuuuuuuh mempesona. Katakanlah yang bersangkutan orang yang bependidikan tinggi, maka yang harus dilakukan bersikap dan berfikir yang luas, tidak fanatik, open minded dan tetap asiik menanggapi “keberagaman”, bukan malah sebaliknya. Laksana padi yang kian merunduk dengan kerendahan hatinya, bukan seperti pohon jati yang kian tegak dengan keangkuhannya.

Pada hakikatnya segala sesuatu yang berasal dari ulah kita akan dan pasti kembali ke diri kita kok. Yaps siapa menanam dia yang akan menuai. Tak peduli apakah hal kebaikan ataupun sebaliknya. Jadi ga’ perlu rasanya menceritakan dan mengumbar apapun yang telah dilakukan, jikalau kebaikan yang ditanam tanpa kita harus koar2 kemana2, kebaikan itu sendiri yang akan “mengangkat” kita, begitu juga sepintar2 apapun menyimpan “bau busuk” maka cepat atau lambat orang2 akan mengetahuinya.

Biasa aja, sekedarnya aja, sewajarnya aja dan yang terpenting ga’ usah lebay alias berlebihan. Adalah sebuah solusi dalam menanggapi apapun yang menghampiri kita. Karna tak selalu apa yang menyapa di kehidupan ini sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tak lupa menempatkan diri sebagaimana mestinya tak luput memberikan  kontribusi yang menjadikan kita magnet bagi lingkungan. Magnet positif yang akan menarik kutub2 kebaikan bagi lingkungan sekitar.

#salam jiwa bahagia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline