Lihat ke Halaman Asli

Anan Mujahid

Mahasiswa Kuliah Subuh

Sebuah Refleksi: Ramadhan dan Palestina

Diperbarui: 13 Maret 2024   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: instagram.com/gqmiddleeast

Oleh: Anan Mujahid

Sebagai bentuk keyakinan atas prinsip-prinsip tauhid, menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan bagi umat Islam merupakan suatu keharusan. Karena, telah dijelaskan dalam Q.s Al-Baqarah Ayat 183, "wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".

Bulan ramadhan, merupakan bulan istimewa yang sangat dinantikan bagi seluruh umat Islam di dunia, karena terdapat banyak kemuliaan yang diberikan jika dikerjakan. Secara normatif dalam hukum Islam, terdapat makna linguistik puasa yaitu "al-imsak" yang berarti menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan ataupun mengurangi nilai puasa. Tentunya, selain menahan diri untuk tidak makan dan minum sampai pada waktu berbuka. Adapun hal lainnya, yaitu mengendalikan hawa nafsu dan merupakan suatu tuntutan bagi umat Islam untuk mengalahkan hawa nafsunya.

Bulan ramadhan merupakan kesempatan bagi umat Islam agar meningkatkan amal ibadah. Ketika mengerjakan amalan Sunnah, pahalanya sama dengan amalan wajib dan ketika amalan wajib dikerjakan, pahalanya setara dengan melaksanakan ibadah wajib 70 kali di luar bulan Ramadhan. Selain itu pula, lintas sejarah peradaban Islam pada 17 Ramadhan, ada malam Nuzulul Qur'an dan pada beberapa malam terakhir, adapun malam Lailatul Qadr hingga sampai pada hari kemenangan (Idul Fitri).

Palestina

Terlepas dari beragam tafsiran teologis tentang berpuasa di bulan ramadhan, sekiranya ada suatu hal yang perlu dijadikan sebagai suatu renungan bersama, yaitu nasib saudara/i kita di Palestina yang sedang mengalami gejolak tanpa henti, sembari mereka menunggu kepastian hukum dari perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Pada 1 Maret 2024, Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu, membuat suatu pernyataan yang sangat kontroversial dengan menyerukan agar bulan ramadhan dihilangkan.

Berdasarkan laporan terakhir dari pemberitaan al-jazeera pada 8 Maret 2024, jumlah korban sudah mencapai 30.717 orang tewas dan 72.156 lainnya mengalami luka-luka. Tentunya hal ini perlu menjadi perhatian bersama, karena mengingat saudara/i kita di Palestina merayakan bulan ramadhan dengan penuh ketegangan.

Al-Quds, Solidaritas Membela Palestina

Pada Jum'at terakhir bulan Ramadhan, hari Al-Quds merupakan suatu ide yang dipelopori oleh pendiri republik Islam Iran Imam Khomeini r.a. sebagai bentuk solidaritas kepada Palestina. Terlepas dari beragamnya aliran kepercayaan dalam Islam, berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Memperingati hari Al-Quds tentunya, merupakan kewajiban setiap manusia yang jiwanya menuntut kebenaran dan keadilan sesuai dengan fitrahnya. Dan, Menyuarakan pembebasan untuk Palestina bukan hanya milik umat Islam.

Sesungguhnya Palestina adalah negeri terakhir yang disucikan setelah Mekkah dan Madinah, maka mempertahankannya adalah suatu keharusan. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Khomeini r.a. : "Jangan ancam kami dengan kelaparan, karena kami putra ramadhan. Jangan ancam kami dengan perang dan kematian, karena kami putra Muharram".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline