Hari ini adalah awal masa tenang pemilu 17 april nanti. Topik yang patut dibahas adalah dukungan yang dilakukan ulama-ulama terkemuka kepada calon presiden. Ustad Abdul Somad dan Ustad Adi Hidayat mendokan Pak Prabowo untuk menjadi mengemban amanah rakyat. Bagaimana dengan Pak Jokowi?
Dukungan ulama berpengaruh besar dalam politik Indonesia. Masyarakat masih sangat memegang kuat dawuh dan nasehat dari ulama yang mereka ikuti. Dukungan UAS dan UAH setidaknya akan menambah peluang untuk mendapat dukungan dari masyarakat yang mengagumi dua tokoh muda ini.
Doa Ulama setidaknya menambah kekuatan seorang calon pemimpin untuk semakin percaya diri mendapat amanah. Bagi mereka, dekat dan mendapat dukungan dari ulama sama saja dengan mendapat jalan persambungan dengan rakyat. Kalau Bung Karno menyebut dia adalah penyambung lidah rakyat, maka peran tersebut yang dibawa oleh ulama-ulama.
Pak Jokowi sendiri mendapat restu dari ulama kharismatik Indonesia. Ulama sepuh Mbah Maemun Zubair dan Habib Lutfi Yahya. Tadi sore, Mbah Maemun memberikan sorban hijau kepada beliau sedangkan Habib Lutfi memberi sebuah tasbih.
Prabowo juga memperoleh hadiah yang serupa. Dia mendapatkan hadiah tasbih dan parfum dari UAS. Sedangkan UAH menghadiahkan dua buku kepada Prabowo. Terbaru, Aa Gym akhirnya masuk di barisan ulama yang mendukung beliau.
Jika ada dua calon pemimpin yang satu didukung ulama sedangkan satu tidak, maka dapat dipastikan yang akan dipilih rakyat adalah yang dekat dengan ulama. Inilah kearifan lokal perpolitikan Indonesia. Bagaimana apabila keduanya dipilih oleh ulama seperti Pak Jokowi dan Prabowo?
Kedua calon pemimpin ini beruntung. Dukungan ulama berarti masih ada peluang untuk kemenangan. Artinya pasti ada rakyat yang memilih keduanya karena mengikuti pilihan politik ulama yang dianutnya. Bukan berarti ada upaya adu pengaruh antar ulama diantara dua kubu.
Dukungan ulama juga menunjukkan bahwa kedua calon masih mempunyai sisi baik yang dipandang oleh ulama yang mendukungnya. UAS dan UAH memandang bahwa Prabowo mempunyai harapan untuk membawa Indonesia Adil dan Makmur, sedangkan Habib Lutfi dan Mbah Maimun masih mempercayakan Indonesia berada di pundak Pak Jokowi.
Secara spiritual siapapun pemimpinnya Indonesia akan baik-baik saja. Asal mereka tidak lupa dukungan dan doa ulama. Seberapapun banyaknya doa apabila yang didoakan tidak bergerak maka Indonesia tidak akan kemana-mana. Bukankah akan sulit mendorong gerobak tanpa roda?
Tetapi politik tetaplah politik. Dukungan ulama ini akhirnya dipromosikan sebagai legitimasi bahwa mereka adalah pemimpin pilihan. Mereka yakin dukungan ini adalah tanda kemenangan. Sambil menuduh kubu lain akan kalah karena tidak didukung oleh ulama di kubu mereka.