Lihat ke Halaman Asli

Anang Wicaksono

Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Menagih Pertanggungjawaban Saudi di Hari Maulid Nabi

Diperbarui: 21 Desember 2015   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ribuan tenda jamaah haji di Mina (Sumber : Kompas.com)"][/caption]Pertanggungjawaban adalah sebuah tindakan yang sangat penting dalam peradaban makhluk berpikir seperti manusia. Tolok ukur beradab atau tidaknya manusia dapat dilihat dari seberapa besar tingkat pertanggungjawaban manusia tersebut atas semua perbuatan yang dilakukannya.

Dalam keyakinan beragama, pengadilan akhir yang akan kita jalani kelak merupakan sebuah mekanisme Tuhan untuk meminta pertanggungjawaban manusia atas semua perbuatannya di dunia ini. Tuhan Maha Adil. Dalam salah satu surah yang tertulis pada kitab suci-Nya, Ia akan membalas kebaikan manusia meskipun sekecil biji sawi. Begitu pula keburukan manusia, Ia juga akan membalasnya walaupun sekecil biji sawi sekalipun.

Selain pertanggungjawaban vertikal kepada Tuhan, manusia juga memikul pertanggungjawaban horisontal kepada sesama manusia atas amanat yang telah diserah terimakan. Seperti misalnya penyelenggaraan ibadah haji yang umat Islam telah mengamanatkannya kepada pemerintah Saudi Arabia untuk melaksanakannya.

Tragedi Mina yang terjadi pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 2015 masih menyisakan pertanyaan besar yang sampai sekarang belum terjawab. Kenapa tragedi yang memakan korban jiwa begitu banyak itu bisa terjadi? Dalam konteks mempertanggungjawabkan amanat umat Islam yang telah dipegangnya, Kerajaan Saudi Arabia selaku penyelenggara ibadah haji mempunyai hutang besar untuk menjawabnya dengan jujur.

Yang perlu juga untuk digaris bawahi, pertanggungjawaban tidak hanya dalam bentuk pemberian santunan kepada korban jamaah haji, baik yang luka-luka maupun yang meninggal, namun seharusnya juga disertai dengan permintaan maaf dan penjelasan penyebab terjadinya tragedi. Dengan demikian hal ini akan bisa menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan penyelenggaraan ibadah haji di masa mendatang agar tragedi serupa tidak terulang lagi.

Momentum Maulid Nabi yang bertepatan dengan tanggal 24 Desember tahun ini -- yang tepat tiga bulan dari terjadinya tragedi Mina pada tanggal 24 September 2015 -- sangat pas untuk menagih pertanggungjawaban penguasa monarki Saudi tersebut. Nabi Agung Muhammad SAW adalah penghulu umat Islam bahkan penghulu seluruh umat manusia. Bagaimana bila Sang Penghulu seluruh manusia ini menuntut pertanggungjawaban penguasa monarki Saudi terkait umatnya yang telah menjadi korban dalam tragedi Mina di tanah Arab?

Sangat naif, bila penguasa monarki Saudi hanya mengatakan tragedi itu adalah takdir semata tanpa berusaha menggunakan akal sehat untuk mencari penyebabnya kenapa bisa terjadi. Sikap seperti ini adalah sebuah tindakan pengecut yang melarikan diri dari tanggung jawab sekaligus bentuk pembodohan terhadap umat Islam. Mereka seolah menganggap kita umat Muhammad bisa dibodohi begitu saja dengan menerima perkataan naif seperti itu.

Seperti kita ketahui, takdir terjadi dalam mekanisme alam yang disebut hukum sebab akibat. Akibat terjadi karena adanya faktor yang disebut sebab. Demikian pula tragedi Mina, kita semua tahu itu adalah sebuah takdir. Namun tentunya tragedi itu terjadi karena ada faktor yang menyebabkannya. Seperti ada sesuatu yang ditutup-tutupi, sampai kini penguasa monarki Saudi masih bungkam untuk menjelaskannya.

Alih-alih menunjukkan rasa pertanggungjawaban atas terjadinya tragedi Mina dengan menjelaskan secara jujur apa penyebabnya, ironisnya belakangan ini penguasa monarki Saudi malah sibuk melakukan manuver-manuver politik kotor untuk terus memperkeruh konflik Suriah dan juga begitu bernafsu untuk terus mengagresi Yaman. Karena sikap tidak bertanggung jawab penguasa monarki Saudi ini, tak heran bila kini banyak pihak meragukan klaim mereka sebagai "Khadim Al Haramain".

Dan di hari penuh berkah kelahiran Sang Nabi Agung Muhammad SAW, tidakkah penguasa monarki Saudi merasa malu pada Sang Nabi bila mereka tetap berkepala batu tidak menunjukkan itikad baik untuk menunaikan tanggung jawab yang selama ini telah mereka emban terhadap umat Sang Nabi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline