Kompleksitas krisis Suriah sepertinya sulit untuk diurai. Namun bila dilihat atau diteliti dengan jernih, sebenarnya ada beberapa aspek penting yang bisa digunakan untuk mengurai atau memahami krisis yang telah berlangsung lebih dari 4 tahun itu. Beberapa aspek penting tersebut antara lain :
1) Kepentingan Amerika-Israel
Bercermin dari berbagai agresi dan sepak terjang Amerika Serikat selama ini, terutama di kawasan Timur Tengah, esensi kepentingan negara Paman Sam ini sebenarnya terletak pada dua hal, yakni ekonomi (terutama minyak dan senjata) dan atau keamanan Zionis Israel.
Kegilaan Amerika tentang minyak tak perlu ditanyakan. Negara adidaya itu membutuhkan suplai minyak besar guna menggerakkan mesin industri raksasanya. Mengandalkan produksi minyak dalam negeri jelas tidak mencukupi, sehingga mereka harus "berburu minyak" keluar negeri. Untuk itulah negara-negara kaya minyak di Timur Tengah atau kawasan Maghribi dipandang Amerika sebagai lahan perburuan yang sangat menggiurkan.
Setelah menghancurkan dan kemudian menguasai (ladang-ladang minyak) Irak, lahan terakhir perburuan minyak Amerika adalah di kawasan Maghribi, Libya. Dengan dalih mendukung gerakan demokratisasi di negeri kaya minyak itu, dengan semena-mena mereka mendongkel Muammmar Qaddafi, pemimpin sah negeri itu. Sekelam nasib Saddam Hussein yang dihukum gantung di negerinya sendiri, Qaddafi sendiri akhirnya dibunuh pemberontak dukungan Amerika -- yang nota bene rakyatnya sendiri -- secara mengenaskan.
Siapa yang diuntungkan dari krisis Libya? Kapitalis Amerika dan sekutunya. Dalam konteks membalas "jasa kebaikan" Amerika, rezim Libya pengganti Qaddafi kini harus membiarkan minyaknya "mengalir murah" -- kalau tidak boleh dibilang dirampok -- ke negara industri terbesar dunia itu.
Begitu pula dengan pembangunan kembali infrastruktur Libya yang telah dihancurkan serangan udara Amerika selama krisis berlangsung, proyek-proyek pembangunan itu jatuh ke tangan para kontraktor Barat yang membuat mereka berpesta pora disana. Dengan kata lain, rezim beserta rakyat Libya kini dipaksa membayar atas segala apa yang telah dihancurkan Amerika.
Dengan terjadinya kekacauan yang diakibatkan agresi militer Amerika di Afghanistan, Irak atau Suriah, siapa yang diuntungkan? Jelas, industri pembuat senjata, terutama Amerika yang merupakan salah satu pemain utama dalam bisnis ini. Meningkatnya permintaan senjata membuat para kapitalis pembuat senjata seolah sedang menari-nari diatas tumpukan mayat korban senjata buatan mereka.
Terkait dengan Israel, kecintaan atau ketaatan Amerika terhadap negara zionis itu memang sudah terbukti begitu mendalam. Karena itu tidaklah berlebihan bila sebagian pihak mengatakan bahwa Israel adalah anak kandung Amerika. Sebagai ayah, tentunya Amerika berkepentingan untuk selalu membela dan mengamankan eksistensi sang anak, Israel.
Kecintaan Amerika yang mendalam terhadap Israel tak bisa dilepaskan dari andil lobi Yahudi yang amat kuat dalam pemerintahan Amerika. Karena kuatnya lobi Yahudi ini, bisa dikatakan siapa pun Presiden Amerika, pasti akan mendukung dan membela zionis Israel.
Demi keamanan anak kandungnya di kawasan, tak heran Amerika akan berusaha "menjinakkan" rezim-rezim pemerintahan di sekitar Israel, terutama otoritas Palestina dan para pendukungnya. Menghadapi otoritas Palestina -- terutama faksi Hamas di Jalur Gaza -- yang sulit mereka kendalikan, strategi utama Amerika-Israel sekarang adalah memutus mata rantai para pendukung perlawananan Palestina terhadap Israel. Dengan terputusnya mata rantai ini, Amerika-Israel berharap perlawanan Palestina akan melemah dengan sendirinya.