Seperti biasanya, selepas membaca beberapa lembaran buku karya Emha Ainun Nadjib mengenai Gelandangan Di Kampung Sendiri saya berusaha untuk selalu mengespresikan dengan menyadarkan apa yang sekiranya bisa saya lakukan kedepannya.
Satu hal yang kemudian terlintas dibenak fikiran saya adalah mau jadi apa kedepannya dengan segala pengalaman yang sekiranya bisa saya andalkan. Ahh, bagi saya yang memang sudah terlahir dari kalangan orang kecil apapun hasil di masa depan akan tetap untuk jadi orang biasa saja.
Bagi Allah SWT, Siapapun yang dikehendaki tak terkecuali manusia yang berlumur dosa pun tetap tetap memiliki hak dengan manusia lainnya. tak terkecuali rahmat-Nya pula yang tak habis-habisnya untuk saya syukuri. Karena saya yakin bahwa Allah akan senantiasa melapangkan jalan bagi saya untuk menjadi orang kecil dan biasa.
Allah yang mahakasih serta maha pemberi itu masih tetap memperkenankan saya untuk tidak tertahan dan terhalan oleh apapun dalam melakukan kegiatan sehari-hari, sebagai orang kecil umpamanya memasak dengan sendiri, mandi sendiri, mengelar kasur serta tikar sendiri, mengepel sendiri, menyapu sendiri, atau sekedar memotong kuku sendiri walaupun ada satu kelebihan yang tak bisa saya miliki.
Yaitu memotong rambut saya sendiri, yah walaupun dalam menjalankan keseharian dengan sendiri setidaknya bagi saya bisa membuat saya untuk menjadi lebih mandiri.
Sekiranya saya bisa membayangkan, kalau semisal saya jadi seorang bos, besar kemungkinan saya memerlukan sekertaris yang cantik-cantik untuk membantu saya mencuci mata dan menambah semangat, kalau saya seorang raja kemungkinan besar saya memerlukan pengawal-pengawal nan setia dan gagah dalam mengawal saya di setiap medan pertempuran,dan kalaupun saya menjadi seorang penjabat tinggi, sekelas Mentri mungkin saya sudah punya banyak uang dan tabungan buat masa depan keluarga.
Yah walaupun kadang Mentri hanya dianggap sebagai pembantu presiden pada umumnya, tapi tak mengapalah yang penting punya uang banyak (dalam hati sambil tertawa).
Sampai detik ini Allah telah menganugerahkan rezeki hidup yang bagi saya tak terbilang nilainya, apa yang sekiranya saya rasakan selama ini adalah bentuk perwujudan dari anugerah itu sendiri, misalnya terkait sosial budaya saya masih diperkenankan untuk bercengkrama dengan tetangga dan asyik bertukar cerita . yah walaupun terkadang masih bercerita tentang ngalor, ngidul, ngetan, ngulon yang tak karuan. masih bisa berjalan kaki atau sekaadar naik sepeda onthel, walaupun itu masih pinjam tetangga.
Sekiranya saya sepakat dengan apa yang telah baca sebelumnya bahwa Allah SWT menyadarkan yang mengharuskan saya menghindari dari sebuah tradisi feodalisme kelas budaya, dengan kata lain saya dilarang untuk menjadi orang besar yang hanya bercengkrama dan sibuk bersosialita dengan orang-orang besar lainnya.
Apa yang sekiranya sudah saya rasakan selama ini disamping hadiah pul dari-Nya yang diberika kepada saya dengan sejumlah beberapa fasilitas hidup, misalnya kendaraan, handphone, laptop atau fasilitas apapun lainnya. dan sampai saat ini Allah masih senantiasa untuk menemani saya tinggal s sendirian di kost yang cukup nyaman sekiranya bagi saya untuk di tinggali, apalagi dengan kebiasaan bapak ibu kost yang tiap kali tak lupa membangunkan saya untuk bergabung makan sahur bersama.
Kendati demikian rasa syukur yang tertanam pada diri saya tetap begitu besar dan rasanya pula seluruh jatah waktu hidup saya didunia bagi sayatidak cukup untuk memanifestasikan rasa syukur saya kepada Allah SWT.