"Berapa kira-kira biaya yang diperlukan untuk memplester dinding ini," tanyaku pada seorang teman yang berprofesi sebagai teman.
"Sudahlah kita kan teman, kasih sejuta lima ratus dulu tuk beli pasir sama semen, ongkos tukang dan lain-lain menyusul kalau sudah selesai," kata temanku.
Jadilah saya kasih sejuta lima ratus sebagai tanda jadi, "Kira-kira kapan bisa dikerjakan, mau buru-buru ni bias pas diadakan acara malam senin kelak biar kelihatan rapi," tanyaku.
"Siap, serahkan saja semua padaku," jawabnya santai.
Sebenarnya pekerjaan yang saya minta untuk dikerjakan tidak terlalu banyak, hanya plester kasar lantai ukuran 4 x 4 meter dan plester kasar dinding 2 sisi 4 x 3 meter. Saya taksir hanya menghabiskan 1 pick up pasir dan 10 sak semen.
Dimulailah pekerjaan plester lantai tersebut pada malam hari. Pekerjaannya terhitung cepat. Hanya 1 tukang dan 1 kuli pekerjaan tersebut selesai dalam waktu 3 jam termasuk ngobrolnya. Dimulai jam 9 pamit pulang jam 12. Saya pikir, "Wah cepat."
Hari berikutnya dimulailah pekerjaan plester kasar dinding. Selama seharian hanya bisa nggerjakan 2 sisi 4 x 1,5 meter dengan dua orang tukang dan 1 kuli. Saya mulai pikir, "Wah ada yang tak beres nih," tapi saya mencoba membuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut.
Yang mengherankan sisa pekerjaan, 2 sisi 4 x 1,5 meter tersebut dikerjakan dalam waktu setengah hari, dimulai jam 7.30 selesai jam 12.00 termasuk bersih-bersih.
Begitu pekerjaan selesai saya tanya, "Saya harus nambah berapa?"
Temanku menjawab, "Dua ribu saja."
Dua ribu disini diartikan dua juta. Walaupun berkecamuuk pertanyaan di otak, ya sudah saya bayar sesuai yang teman minta. Selang berapa lama ingat, uang sejumlah dua ratus lima puluh juga terikut. Memang salah saya juga, pas ngasih tidak dihitung.
Kalkulasi saya, pekerjaan 1, 5 hari plus 3 jam dengan 3 orang pekerja sebesar dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah.