"Bawa aku lari pak...." Kata itu meluncur begitu saja dari Dinda, salah seorang muridku. Terbayang apa kata istriku yang juga gurunya, apa kata orang tuaku dan juga mertuaku yang juga tinggal di rumahku. Pokoknya campur aduk.
Kaget? Tentu saja. Tetapi sebagai guru BK yang sudah 10 tahun menangani (bukan menyentuhnya ya) murid dengan segala permasalahannya harus menunjukkan ekspresi yang wajar dan menunjukkan sikap empati akan permasalahan yang akan diceritakannya.
Setelah panjang lebar Dinda bercerita sambil sesekali mengusap matanya yang basah, diketahui bahwa keinginannya untuk lari dikarenakan ketidaksiapannya untuk menikah.
Dinda ingin meraih cita-citanya terlebih dahulu sebelum menikah. Dinda berkeinginan untuk menjadi dokter atau tenaga kesehatan. Tetapi sang tunangan ngebet untuk sesegera mungkin untuk menikah, walaupun Dinda masih kelas VII SMP. Bahkan pernikahannya direncanakan setelah Hari Raya Idul Adha yang tinggal menghitung hari (kata Kris Dayanti).
Tentu saja serba sulit bagi seorang guru seperti saya. Di tengah masyarakat yang masih berpikir tradisional, dalam hal ini perkawinan dini, sangatlah sulit bagi seorang anak perempuan untuk dapat menggapai cita-citanya. Ditambah lagi tokoh masyarakat yang seolah melegalkan trradisi tersebut serta dogma agama yang kurang dipahami secara komprehensif.
Tentu saya tidak tinggal diam, saya panggil keduanya yang kebetulan sesama warga sekolah ini. Saya coba beri pengertian dan memberi contoh teman saya sendiri. Sekedar diketahui bahwa perkawinan muda di daerah ini sudah mendarah daging. Teman saya sendiri pun ada yang berhasil merayu orang tua sehingga berhasil meraih cita-citanya. Adapula yang menurut sama perintah orang tua atas nama berbakti pada orang tua. Ada yang happy ending ada juga yang bad ending. Tentu saja yang saya ceritakan adalah kisah teman yang dulu dilamar pada waktu SMP dan menikah setelah wisuda sarjana.
Tetapi seolah cerita panjang lebar yang saya sampaikan. Pihak laki-laki tetap keukeuh untuk melanjutkan niatnya. Sedangkan dari Dinda sendiri sudah bisa sedikit tersenyum.
Ya sudahlah, apalah arti seorang guru BK, bukan Tuhan yang langsung bisa membalikkan keadaan. Saya hanya bisa mendoakanmu semoga masa depanmu cerah dan tercerahkan. Amin ..........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H