Lihat ke Halaman Asli

3X Negara Salah Urat ( Keseleo ), Dalam Pilpres 2004 - 2014

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gegap gempita dan pesta pora demokrasi “ Sementara “,( lantaran bertentangan dengan konstitusi negara untuk pemilihan langsung = tidak ada sila ke 4/landasan Idiil ) telah usai, dan dilanjutkan dengan euporia kemenangan yang dibumbui persengketaan dari yang merasa dicurangi dan lain sebagainya muncul bersamaan. Dari pihak yang dimenangkan muncul sifat jumawa ( Mendapat Mandat keles... )dan lontaran kata sindiran dan hinaan yang merendahkan martabat lawannya. Sementara yang dikalahkan ( woles kelessss ) menyajikan berbagai bukti yang katanya sebuah kecurangan. Kecurangan yang entah dari mana dan siapa yang membuatnya, bisa lawan, penyelenggara atau pihak lain dari kepentingan asing.

Namun terlepas dari itu semua, kiranya kita jernih melihat kondisi bangsa ini dari enambelas tahun yang lalu(awal melencengkan arah konstitusi dari pemilihan presiden melalui perwakilan menjadi langsung oleh rakyat ( seolah-olah kepentingan rakyat ) / raykat dibodohi dan tidak mengerti anggaran digunakannya sangat besar( cukup untuk membiayai produktivitas rakyat keles ). Dimana tonggak sejarah kebebasan berpolitik dan bersuara mengeluarkan pendapat tak terbendung bagai air bah menyapu bersih pondasi-pondasi ( hak-hak orang lain dilanggar ) etika dan budaya bangsa yang berabad-abad telah terbangun menjadi ciri unik dan menjadi pembeda dari bangsa-bangsa lain didunia ini.

Para pendiri  bangsa ini sebenarnya telah memilihkan jalan terbaik perjuangan negara dalam membangun kejayaannya. Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika( Keberadaannya saat ini buram, bisa jadi difatamorganakan para brutus bangsa) menjadi penawar racun perbedaan yang kala itu dapat dikatakan mirip situasi perang badar. Perang kepentingan berbagai golongan yang bila salah menentukan arah dapat mengoyak existensi bangsa yang baru merdeka.

Namun kualitas para pendiri bangsa Indonesia dan rakyatnya( saat itu ) merupakan orang-orang yang mempunyai etika,akhlak dan integritas yang sangat tinggi nilainya terhadap negaranya. ( Terbalik 360 drjt dengan tokoh-tokoh saat ini yang tampil dan bersuara lantang/ seolah demi kepentingan rakyat ). Terbukti menghasilkan Produk Konstitusi Negara yang visioner ( Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika ) brooooo.

Kalau mau jujur ( Tokoh, Akademisi dan Politisi ) barangkali mudah untuk menunjukan jalan konstitusi yang benar. Dengan mengganti ( Kerakyatan yang dipimpin hasil pemilihan langsung oleh warga negara Indonesia ) atau menghilangkan, walaupun tidak bener juga keles ( Sila 4 = Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam permusyawaratan perwakilan ) dalam Pancasila ( Masih satu-satunya landasan idiil). Agar bangsa ini menghasilkan produk undang-undang dan kebijakan negara yang rada shoheh /syah, tetap berdiri dan tidak diragukan legalitasnya oleh bangsa lain ( tidak ditertawakan oleh negara lain yang menganut sistem presidensial atau parlementer ).

Dalam kondisi demikian maka jangan salahkan masyarakat yang tidak memilih dalam pemilihan presiden langsung ( bertentangan dengan landasan Idiil Bangsa Indonesia, Pancasila Sila ke 4). MIKIRRRR.......kelesssss

Namun sepertinya harus tetap optimis lantaran masih ada segelintir tokoh yang tetap konsisten dan masih waras ( sadar bahwa kontitusi negara tengah dikoyak ) adakah?

Bro Mikir Keles.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline