Lihat ke Halaman Asli

Sayyang pattudu (Kuda Menari) di Tanah Mandar

Diperbarui: 1 Juni 2024   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Polewali Mandar- Suku Mandar adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Barat. Indonesia penuh dengan keanekaragaman, seperti adat istiadat yang masih kental dan masih sering di lakukan di wilayah masing-masing, ada juga baju adat tiap suku, makanan khas dari suku masing-masing dan masih banyak lagi. Sayyang pattudu (kuda menari) dari suku mandar Sulawesi barat salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang, arti dari sayyang pattudu adalah kuda menari, sayyang pattudu di lakukan untuk syukuran ketika sudah khatam Al-Qur'an, kuda di hias lalu ditunggangi dua orang untuk mengelilingi kampung, penunggangan kuda akan diiringi tabuhan musik rebana dan syair khas Mandar yang di sebut kalidaqdaq syair yang dibacakan membahas tentang Islam dan Mandar.

Peserta sayyang pattudu terdiri dari pesayyang, disayyang, dan pesarung. Pada umumnya tradisi sayyang pattudu dilakukan bersamaan dengan maulid Nabi Muhammad SAW atau pada bulan rabiul awal, rabiul akhir dan jumadil awal. Acara ini dilakukan untuk memberikan nasehat pada anak-anak suku Mandar agar tetap semangat untuk menamatkan/mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an. Selain untuk acara khatam Al-Qur'an, Sayyang Pattudu juga ditampilkan sebagai tari penyambut tamu kehormatan dalam masyarakat Mandar dan menjadi festival tahunan Kabupaten Polewali Mandar, kabupaten Majene, dan kabupaten Mamuju. Bagi masyarakat Mandar, Sayyang Pattudu mengandung nilai sebagai alat komunikasi budaya, gotong-royong, tolong-menolong, kerohanian, dan persaudaraan sosial.

Sejarah tentang sayyang pattudu (kuda menari) Tradisi Sayyang Pattu'du' diadakan sejak masuknya Islam pada masa pemerintahan raja keempat Kerajaan Balanipa yaitu Daengta Tommunae. Sayyang Pattudu awalnya hanya dilakukan oleh para bangsawan Kerajaan Balanipa. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi tradisi masyarakat Mandar hingga saat ini.

Perlengkapan untuk tradisi sayyang pattudu adalah Kuda yang digunakan dalam Sayyang Pattudu harus kuda yang sudah terlatih. Selain itu, kuda harus dapat menari sesuai dengan irama musik yang dimainkan. Kuda dapat ditunggangi setelah dirias dan diberi alat tunggangan berupa kasur kecil, aksesori berupa kalung perak, penutup muka kuda yang melingkar dan kacamata kuda. Anak yang diiring ditemani oleh para penari dan penyair dengan tabuhan rebana. Sayyang pattuddu harus disajikan dengan peserta yaitu pesayyang, disayyang, dan pesarung. Pesayyang adalah pendamping anak selama berada di atas kuda. Disayyang adalah anak yang menunggang kuda, sedangka pesarung adalah pengawal disayyang selama menunggang kuda. Pesarung harus memiliki kekuatan yang kuat dan dihormati dalam keluarga disayyang. Jumlah pesarung adalah empat orang yang dibagi dua ke sebelah kiri dan kanan kuda. Pesarung berjalan kaki selama Sayyang Pattudu dilaksanakan.

Banyak nilai penting yang dapat kita dapatkan dari sayyang pattudu' salah satunya adalah;

  • Kerja sama/gotong royong
  • Kebersamaan
  • Kerukunan bertetangga
  • Menghargai adat istiadat dari orang tua yang mewariskan budaya tersebut

Dari sini saya sebagai penulis dapat menyimpulkan bahwa sayyang pattudu atau kuda menari ini adalah festival tahunan yang harus ada di tanah mandar agar menjaga adat istiadat ini tidak hilang dan memperkenalkan warisan budaya ini kepada generasi penerus.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline