Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Kampanye Pilpres di Media Sosial

Diperbarui: 8 Februari 2024   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi :  https://www.rri.co.id/pemilu/455820/banyak-akun-caleg-curi-start-kampanye-di-medsos

Penulis : Ananda Surya Ramadhan

Mahasiswa Prodi Komunikasi PJJ Universitas Siber Asia

Di era digital seperti sekarang ini media sosial menjadi alat yang sangat krusial untuk melangsungkan kampanye, hal ini dibuktikan seperti saat ini menjelang pemilihan presiden tim sukses dari ketiga calon presiden yang maju terus menggemborkan kampanye di media sosial dengan sangat masif, fenomena kampanye di media sosial ini dipilih oleh para tim sukses ketiga paslon yang ada karena media sosial merupakan wadah penyaluran informasi yang cepat dan minim biaya, selain itu media sosial dapat menjadi saluran komunikasi yang interaktif antara rakyat yang menjadi pemilih dan calon presiden yang akan dipilih.

Peran literasi media digital dalam fenomena kampanye pilpres di media sosial adalah dengan literasi digital yang baik kita sebagai calon pemilih dapat menganalisis serta memilah milih sumber informasi yang benar berdasarkan fakta ataupun informasi yang menyesatkan (hoax), peran literasi media digital di dalam fenomena ini juga berkaitan secara langsung dengan penilaian kredibilitas yang dapat kita lihat dari konten - konten yang dibuat oleh para pasangan calon presiden di akun media sosialnya, kita sebagai masyarakat dapat menggunakan literasi media digital untuk menilai kredibilitas para paslon di media sosial lewat cara mereka berkampanye di media sosial apakah dengan cara yang cukup positif atau mungkin malah ke arah yang negatif seperti kampanye hitam.

Media sosial yang paling dominan digunakan untuk kampanye pilpres adalah Instagram, hal ini karena hampir semua orang dari berbagai kalangan mempunyai aplikasi media sosial yang satu ini, mulai dari generasi X hingga ke generasi Millenial ada di aplikasi media sosial ini, oleh karenanya banyak tim sukses dari ketiga paslon memanfaatkan media sosial instagram sebagai platform kampanye mereka, kampanye yang mereka lakukan di Instagram biasanya melalui pembuatan konten interaktif yang unik guna menarik perhatian para calon pemilih, konten tersebut biasanya berbentuk foto atau video yang di dalamnya terdapat pesan - pesan kampanye seperti visi misi dan program kerja dari paslon tersebut, foto atau video yang di upload pun di edit sedemikian rupa agar terlihat unik dan menarik, biasanya foto atau video tersebut ditambahkan musik dan efek - efek tertentu sehingga terlihat menarik untuk dilihat oleh netizen, selain membuat konten berupa foto atau video, biasanya kampanye yang dilakukan oleh para paslon di Instagram adalah bekerjasama dengan para public figure atau influencer yang sudah memiliki citra positif di mata publik, hal ini dilakukan untuk dapat menjangkau lebih luas para calon pemilih yang potensial sekaligus dapat membangun validasi sosial.

Ada beberapa kelebihan yang didapat saat melakukan kampanye pilpres melalui media sosial, diantaranya yaitu :

  • Kampanye melalui media sosial dapat menjangkau lebih luas calon pemilih dibandingkan melalui media konvensional
  • Kampanye di media sosial dapat menghemat biaya, waktu serta tenaga karena dilakukan secara remote
  • Dapat memprediksi algoritma dengan mudah sehingga kampanye tersampaikan pada target yang spesifik
  • Penyebaran informasi di media sosial yang cepat dan masif sehingga tidak perlu waktu lama untuk menyebarkan update terkini seputar kegiatan kampanye
  • Kampanye di media sosial memiliki viralitas yang tinggi sehingga sangat memungkinkan jumlah calon pemilih akan terus meningkat secara masif asalkan kampanye yang dibuat itu menarik

Namun kampanye yang dilakukan di media sosial juga mempunyai beberapa kekurangan yang harus diperhatikan, seperti :

  • Banyak beredarnya informasi palsu atau hoax yang dapat memicu perpecahan antar pendukung paslon di media sosial
  • Adanya ancaman serangan siber seperti peretasan akun media sosial
  • Banyaknya hujatan kebencian yang dapat diterima dari pihak yang berseberangan dengan kita
  • Algoritma di media sosial yang dapat berubah sewaktu - waktu secara mendadak diluar prediksi kita
  • Kontrol dan aturan konten di media sosial dapat diubah sesuka developer tanpa pemberitahuan dahulu

Literasi media digital dapat membantu masyarakat untuk lebih kritis terhadap berbagai informasi yang beredar di media sosial, hal ini karena dengan adanya literasi media digital kita sebagai masyarakat akan lebih mampu untuk menavigasi suatu kebenaran dari informasi yang kita baca/lihat di media sosial, dengan mempelajari literasi media digital dan menerapkannya dengan baik kita dapat dengan mudah membedakan mana informasi yang berdasarkan fakta atau informasi yang berbasis opini belaka, kita juga dapat mengedukasi orang - orang tentang lingkungan media digital yang di dalamnya terdapat berbagai macam informasi yang tentunya harus kita cek kembali melalui sumber - sumber yang kredibel dan terpercaya sebelum mempercayainya, hal ini tentunya menjadikan literasi media digital suatu ilmu yang fundamental untuk menjaga demokrasi dan dialog digital yang baik di media sosial.

Berdasarkan hasil identifikasi yang penulis lakukan setidaknya ada dua tantangan etika yang sering muncul selama masa kampanye pemilihan presiden di media sosial, yaitu :

  • Penyebaran Informasi Palsu

Banyak para pendukung atau yang biasa kita sebut "Buzzer" dari ketiga paslon dengan mudahnya menyebarkan informasi palsu yang sangat merugikan bagi para lawan paslonnya, informasi palsu ini nantinya dapat menjadi ujaran kebencian yang memperkeruh suasana pilpres dan membuat perpecahan di antara kalangan masyarakat.

  • Manipulasi Media
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline