Lihat ke Halaman Asli

Kodok

Diperbarui: 28 Oktober 2015   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

                                                                             

 

Aku ingat, pernah suatu ketika aku dan bapak duduk bercengkrama di samping teras rumah, saat magrib telah selesai bersamaan dengan hujan yang mulai redah sisa merintik. Hujan rintik malam ini adalah sisa hujan yang lebat sore tadi waktu itu.

Umurku ketika itu masih 10 tahun, aku duduk di dekapan bapak sembari bercerita apa saja yang terfikir. Kebetulan di samping rumah ada kolam kecil kira-kira 5 x 5 meter persegi besaran kolam itu, namun sudah lama kolam itu tidak di rawat, rumput-rumput liar mulai menjerembet hingga ke tengah kolam dan tak hanya ada ikan saja yang hidup berenang di bawahnya, kodok-kodok banyak yang berdatangan, entah dari mana saja kumpulan kodok-kodok itu, “mungkin saja dari sawah sebelah sana” fikirku.

Beberapa saat setelahnya di tengah asyik bercengkrama bersama bapak, kodok-kodok itu mulai berdengung mengganggu pendengaranku. Wajar saja, suara mereka melalang tak henti-hentinya.

Tiba-tiba saja bapak bilang, “coba dengar Nak suara kodok itu, kira-kira apa maksudnya?”

Aku berfikir lalu aku menjawab “kodok itu sedang bermain-main Pak !”

Lantas bapak bilang lagi, “kodok itu, sedang meminta hujan kepada Tuhan, mereka masih belum puas bermain air, suara-suara mereka yang berdengung itu merupakan doa bagi mereka untuk meminta hujan kepada Tuhan”

sambil menggaruk kepala sedikit keheranan aku berkata “hah, kodok berdoa? Tadi sehabis sholat magrib aku berdoa juga sama bapak, mungkin kodoknya habis sholat magrib juga pak, hehe”

mendengarku berucap seperti itu, lantas bapak tersenyum dan kembali menegaskan “tidak hanya kita saja manusia yang menyembah Allah nak, Tuhan yang maha esa, ketahuiah bahwa semua apa yang ada di dunia ini turut menyembah kepada Allah, berdoa dan bertasbih kepada-Nya. Baik itu hewan seperti kodok-kodok itu, tumbuhanpun demikian seperti pohon yang bergoyang ketika di hembus angin, batu-batu yang diam dan segala hal di dunia ini hanya menyembah kepada Allah nak. Jadi kita nak sebagai manusia, jangan mau kalah sama hewan, sama tumbuhan yang juga menyembah Allah, makanya kita harus rajin sholat, rajin mengaji, suka menolong orang, kalau kita bicara harus berkata-kata yang baik dan sopan dan melakukan hal-hal yang baik, biar kita di sayang sama Allah.

Seketika itu bapak memelukku, ia memberiku pelajaran yang berarti malam itu, berawal dari kodok yang ternyata bisa memberiku pemahaman dan ingatan yang bijak hingga kini.

 ^_^




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline