Kehidupan modern dan canggih sudah berdampingan dengan kita. Jikalau kita memperhatikan keadaan dan lingkungan sekitar, semua orang pasti selalu bermain dengan ponsel pintarnya, entah itu di tempat umum ataupun rumah. Bahkan hampir 24 jam tanpa henti, di tengah hiruk pikuk modern, suara notifikasi smartphone dan kecepatan informasi yang tak terbendung, ada satu hal sederhana yang tampaknya perlahan mulai menghilang dari keseharian kita: sapaan "permisi".
Kata yang hanya terdiri dari tiga suku kata ini begitu sederhana dan juga dulu sangat lekat dalam budaya kesopanan masyarakat Indonesia. Namun kini, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang begitu canggih, sapaan ini seolah tergerus dan terlupakan. Apakah fenomena ini menandakan bahwa kita semakin tidak sopan?
Mari Bernostalgia 'Permisi': Warisan Budaya yang Terlupakan
Bagi generasi yang tumbuh sebelum era digital, yakni kalangan boomers dan generasi X, "permisi" bukan sekadar kata. Ia adalah pintu masuk interaksi sosial, simbol penghormatan, dan cerminan adab dalam bermasyarakat. Kita diajarkan untuk mengucapkan "permisi" saat melewati orang lain, ketika hendak memulai percakapan, atau bahkan saat akan memasuki ruangan. Sapaan permisi merupakan suatu penanda bahwa kita menghargai keberadaan dan ruang pribadi orang lain.
Ketika Kesopanan Menjadi Barang Langka pada Era Digital
Hilangnya kebiasaan mengucapkan "permisi" bukan tanpa konsekuensi. Secara tidak langsung, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan sosial kita. Tanpa sapaan pembuka yang santun, interaksi sosial bisa terasa lebih kaku dan kurang hangat. Lebih jauh lagi, hilangnya "permisi" bisa dianggap sebagai tanda kurangnya rasa hormat, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan konflik yang menjadi pemicu.
Memang betul penuh banyak tantangan untuk mempertahankan kesopanan di era digital, bukan berarti kita harus menyerah. Justru sekaranglah saatnya untuk merevitalisasi nilai-nilai kesopanan, termasuk penggunaan sapaan "permisi", dalam konteks modern.
Beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Membiasakan mengawali pesan atau email dengan sapaan yang sopan, terutama pada yang lebih tua.
- Sangat penting mengajarkan pentingnya "permisi" kepada generasi muda, baik dalam interaksi online maupun offline.
Intinya, "permisi" itu simpel tapi efeknya luar biasa. Bikin suasana lebih enak dan orang merasa dihargai. Jadi, mulai sekarang, jangan pelit bilang "permisi" ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H