Lihat ke Halaman Asli

Om Juki & Pak TK Beda Cara Tanggapi Isu dari FITRA

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="336" caption="Taufik Kurniawan"][/caption] Hari sepertinya hari yang agak panas untuk kuping Pimpinan DPR. Marzuki Ali dan jajarannya yang disorot oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) seputar anggaran untuk para pimpinan DPR itu.

Kuperhatikan media-media dari pagi tadi, ternyata banyak juga yang mengangkat pernyataan dari Sekretariat Nasional FITRA ini. Mungkin Rabu, 21 Desember ini, berita tentang FITRA yang diwakili Uchok Sky Khadafi membuat pernyataan tentang anggaran pimpinan DPR ini jadi salah satu isu hangat di media massa.

Sudah menjadi kebiasaan bagi insan media untuk menyoroti berbagai isu yang ada sesuai dengan pakem dan ideologi mereka. Fakta yang dihadirkan antara lain, menurut FITRA anggaran kunjungan kerja DPR tahun 2011 mencapai Rp 251 miliar. Perkiraannya sih tahun 2012 kemungkinan anggaran ini meningkat sampai 265 miliar. Data itu didapat dari Kepres Nomor 26 Tahun 2010 mengenai anggaran belanja DPR.

Kompas.com bilang total anggaran 2011 untuk lima pimpinan DPR itu sebesar Rp. 48 M. Informasiya, dari sekian dana yang dikeluarkan untuk mengakomodir kebutuhan pimpinan DPR, yang paling banyak menyerap adalah Wakil Ketua Koordinator Kesejahteraan Rakyat Taufik Kurniawan yakni Rp 12,8 miliar.

Membuntuti TK, pria flamboyan ini, ada Wakil Ketua Koordinator Politik dan Keamanan Priyo Budi Santoso yang mendapat anggaran Rp 11,8 miliar, kemudian Wakil Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan Anis Matta sebesar Rp 8,7 miliar, Wakil Ketua Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan mas Pramono Anung, Rp 7,7 miliar, dan terakhir Marzuki Ali, sang imam DPR dengan anggaran 7,4 miliar.

Lucu sih memang, justru yang paling sediikit anggarannya diraih oleh Ketua DPR. Tentu saja, Marzuki yang diposisikan dibawah, dan Taufik Kurniawan yang disinyalir paling banyak mendapat alokasi anggaran itu langsung berkomentar di media massa. Entah media massa yang mewawancarai, atau memang kedua tokoh ini yang bersuara terkait nama mereka.

Jelasnya, sejak tadi pagi, Marzuki telah melakukan klarifikasi terhadap pernyataan FITRA tersebut, bahkan dengan sedikit sindiran-sindiran halus. “Kalau tidak mau keluar biaya, kita tidur saja, gampang” kira-kira beginilah bunyi nyanyian si komandan DPR ini menanggapi isu negatif dirinya. Sikap seperti ini justru membuat citra Om Juki (sapaan akrab saya untuk Marzuki Ali) semakin buruk, karena seakan-akan anggaran tersebut memang digunakan secara berlebihan seperti yang disampaikan FITRA.

Berbeda halnya dengan wakilnya Om Juki di DPR pada bidang Korkesra, Taufik Kurniawan. Taufik sendiri tentu juga melakukan klarifikasi terhadap keterangan-keterangan yang dibeberkan FITRA. Pria ini cenderung lebih soft mengomentari isu miring yang menerpa dirinya. Dibanding komentar-komentar Marzuki Ali, Sekjen PAN ini tidak menunjukkan sedikitpun perkataan yang bernada sinis terhadap FITRA. Malah, TK (Taufik Kurniawan) membenarkan anggaran yag disebutkan FITRA tersebut. Namun, TK mengakui, banyak dari alokasi dana yang diperuntukkan baginya itu tidak terpakai. TK juga menyampaikan, untuk anggaran kunker terakhir, ke Arab Saudi tahun 2010, ia memilih menggunakan uang pribadinya.

Taufik juga mengatakan sekitar 3,9 M anggaran untuk kunjungan keluar negerinya dari DPR malah tak dipergunakan. Keterangan Taufik yang saya baca di KOMPAS mengatakan, bahwa ia ternyata tak terganggu dengan adanya pemberitaan tersebut.

Memang sebaiknya pemimpin memperlihatkan sikap yang elegan dan elok ketika menganggapi isu-isu negatif tentang dirinya. Sikap Taufik dan Marzuki memang berbeda, namun itulah ke khasan seseorang.

Terkait anggaran tersebut, saya pun sebenarnya agak sedikit terkejut dengan besarnya alokasi untuk lima pucuk-pucuk DPR itu. Bahkan katanya sampai tidak berimbang dengan anggota-anggota lembaga yang bersistem kolektif kolegial ini.

Tapi ketika ada klarifikasi yang jelas, serta tidak menutup diri tentang dugaan, saya rasa kita bisa terima. Toh ternyata angka tersebut adalah alokasi saja. Sorotan harusnya berada pada seberapa besar anggaran yang para anggota dewan pakai. Masih normalkah? Atau sudah diluar nalar sehat?

Pernyataaan Om Juki tadi saya pikir tak salah juga, karena memang bertindak itu membutuhkan anggaran. Yuk sama-sama bekerja dan bahu membahu demi memenuhi kesejahteraan di Indonesia, Kinerja yang baik tentu harus dihargai dengan baik, kecuali sudah diberi kecukupan materi, tapi tidak bekerja sesuai amanah, baru lah kita ciduk tu barang, kata Sultan Bathoegana dari Demokrat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline