Lihat ke Halaman Asli

Ananda Aprilia

sedang berkuliah di Universitas Airlangga

Mencari Jati Diri di Tengah Arus Globalisasi: Sebuah Refleksi Pribadi

Diperbarui: 7 Juni 2024   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Dalam era globalisasi yang serba cepat ini, dinamika sosial budaya telah berubah dengan drastis. Di tengah gempuran budaya asing dan perkembangan teknologi yang pesat, menjaga identitas budaya dan nilai-nilai tradisional menjadi tantangan yang semakin kompleks. Sebagai seorang individu yang tumbuh di lingkungan yang kaya akan keragaman budaya, saya ingin berbagi refleksi pribadi mengenai bagaimana isu-isu sosial budaya ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan identitas diri saya. Globalisasi membawa berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, seperti hilangnya unsur-unsur budaya yang telah dilestarikan oleh nenek moyang di suatu daerah atau bahkan negara yang terkena dampaknya, melemahnya rasa nasionalisme, dan hilangnya sifat serta ciri kekeluargaan. (Jadidah dkk, 2023).

Pertemuan Pertama dengan Budaya Asing
Pengalaman pertama saya dengan budaya asing terjadi ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Melalui pertukaran pelajar dan acara-acara internasional yang diadakan di sekolah, saya diperkenalkan dengan berbagai budaya dari seluruh dunia. Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat saya mengikuti program homestay di Jepang. Di sana, saya belajar tentang etiket makan, tata krama, dan kebiasaan sehari-hari yang sangat berbeda dengan budaya saya di Indonesia.
Pengalaman ini membuka mata saya terhadap keberagaman budaya dan pentingnya menghargai perbedaan. Namun, di sisi lain, saya juga mulai merasakan kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai budaya lokal saya sendiri. Saya mulai mempertanyakan, bagaimana saya bisa tetap menjadi diri saya sendiri di tengah arus globalisasi yang begitu kuat?
Kehilangan dan Pencarian Kembali Identitas Budaya
Ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, saya merasakan semakin kuatnya pengaruh budaya Barat dalam kehidupan sehari-hari. Dari cara berpakaian hingga pola pikir, banyak aspek kehidupan yang berubah dan menyesuaikan dengan standar internasional. Di kampus, penggunaan bahasa Inggris menjadi dominan, dan kebiasaan-kebiasaan lokal perlahan mulai terlupakan.
Saya menyadari bahwa dalam upaya untuk menjadi bagian dari komunitas global, saya mulai kehilangan sebagian dari identitas budaya saya sendiri. Ini memicu pencarian kembali jati diri yang lebih dalam. Saya mulai aktif mengikuti kegiatan kebudayaan lokal, belajar tari tradisional, dan terlibat dalam komunitas yang melestarikan seni dan budaya Indonesia. Melalui proses ini, saya menemukan kembali kebanggaan akan warisan budaya saya dan memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi.
Refleksi dan Pelajaran yang Dipetik
Pengalaman pribadi ini mengajarkan saya beberapa hal penting. Pertama, globalisasi tidak harus berarti mengorbankan identitas budaya. Kita bisa tetap terbuka terhadap pengaruh asing sambil menjaga dan melestarikan nilai-nilai lokal. Kedua, pentingnya pendidikan dan kesadaran budaya sejak dini. Generasi muda harus diberikan pemahaman yang kuat tentang sejarah dan budaya mereka agar tidak mudah tergerus oleh arus globalisasi.
Ketiga, komunitas memainkan peran vital dalam melestarikan budaya. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat penting dalam proses ini. Melalui komunitas, kita bisa saling menguatkan dan berbagi pengetahuan tentang tradisi dan nilai-nilai yang kita anut. Maka dari itu, kita perlu memaknai :
*Keseimbangan antara Global dan Lokal: Globalisasi tidak berarti kita harus meninggalkan identitas budaya kita. Kita dapat mengadopsi hal-hal baik dari budaya asing sambil tetap menghargai dan melestarikan budaya lokal kita. Menjaga keseimbangan ini adalah kunci untuk menjadi warga dunia yang sejati.
*Pentingnya Pendidikan Budaya: Pendidikan dan kesadaran budaya sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi. Generasi muda harus diajarkan tentang sejarah dan budaya mereka sendiri agar mereka memiliki dasar yang kuat dan tidak mudah tergerus oleh budaya asing.
*Komunitas sebagai Penjaga Budaya: Komunitas memainkan peran penting dalam pelestarian budaya. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat berharga dalam mempertahankan identitas budaya. Melalui komunitas, kita dapat berbagi pengetahuan dan saling menguatkan dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Penutup
Isu-isu sosial budaya di era globalisasi memang kompleks dan menantang. Namun, dengan kesadaran dan usaha yang berkelanjutan, kita dapat menjaga identitas budaya kita tanpa harus menolak modernitas. Pengalaman pribadi saya menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan ini adalah mungkin, asalkan kita tetap berpegang pada akar budaya kita dan terbuka terhadap pembelajaran baru. Mari kita bersama-sama melestarikan kekayaan budaya kita, demi masa depan yang lebih kaya dan beragam. Globalisasi membawa banyak peluang dan tantangan. Pengalaman pribadi saya menunjukkan bahwa menjaga identitas budaya di tengah arus globalisasi adalah mungkin, asalkan kita tetap berpegang pada akar budaya kita dan terbuka terhadap pembelajaran baru. Mari kita bersama-sama menjaga kekayaan budaya kita, sehingga kita dapat terus berkembang dalam dunia yang semakin terhubung tanpa kehilangan jati diri kita.
 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline