Kemegahan hasil revitalisasi Taman Ismail Marzuki jadi salah satu daya tarik masyarakat yang luar biasa indah, dengan arsitektur yang luar biasa dan filosofi setiap bangunannya yang tak kalah hebat. Tetapi kebahagiaan itu nampaknya tidak dirasakan oleh semua kalangan yang beraktifitas didalam lingkungan TIM salah satunya dari segi Astronomi.
Masyarakat pun rasanya sudah rindu dengan kehadiran pertunjukan simulasi langit dari Planetarium Jakarta, ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang menanyakan hal tersebut baik secara langsung ataupun via media sosial.
Hal ini tentunya juga dirasakan oleh para pegiat keastronomian seperti para pembina dan peserta OSN Astronomi yang mana mereka menjadikan Planetarium Jakarta sebagai tempat menggali ilmu untuk bisa mendapatkan medali baik di Nasional maupun di Internasional.
Hasil dari revitalisasi TIM seakan hanya mengedepankan bidang Seni tidak dengan Planetarium Jakarta. Revitalisasi yang mana bermakna menghidupkan kembali suatu hal yang tadinya kurang berdaya menjadi berdaya atau berfungsi kembali (KBBI). Namun, yang terlihat justru sebaliknya.
Bangunan yang kini sudah jadi tidak sepenuhnya sempurna. Observatorium yang awalnya berjumlah tiga buah kini hanya tersisa dua buah. Observatorium Takahashi yang selalu digunakan publik untuk melakukan observasi benda langit ketika sebelum di revitalisasi, saat ini sudah robohkan dan tidak terlihat akan tanda-tanda dibangun kembali.
Saat ini yang tersisa dua observatorium dengan kondisi yang sangat miris. Bangunan observatorium ASCO saat ini belum memiliki akses masuk kedalamnya dan observatorium Coude pun yang bangunannya terpisah dari bangunan Planetarium Jakarta nyatanya tidak ikut di revitalisasi.
Sepertinya pertanyaan publik mengenai Planetarium Jakarta yang dilayangkan melalui media sosial para pengembangnya tidak juga digubris dan dijawab dengan jelas dan lugas, seperti tidak ada masalah yang sedang terjadi.
Saat ini pun apabila dilihat dalam instagram dari pengelola TIM, foto Planetarium Jakarta dikenalkan sebagai Gedung Trisno Soemardjo, sebuah nama yang sama sekali tidak tau dan tidak berkontribusi dalam dunia astronomi.
Planetarium Jakarta adalah impian besar Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno, beliau menyampaikan impiannya ini dalam pidatonya pada tahu 1964 ketika peletakan pertama pembangunan Planetarium Jakarta, menurut beliau bangsa ini akan maju apabila ilmu keantariksaan bisa berkembang dengan baik.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh Planetarium dan Observatorium Jakarta. Ruang pertunjukkan menjadi ruang pertunjukan simulasi langit terbesar di Indonesia, observatoriumnya bisa digunakan untuk obsrvasi benda langit bahkan riset tentang benda langit. POJ juga membina komunitas astronomi amatir tertua di Indonesia, dan menjadi tempat pembinaan para peserta OSN Astronomi di DKI Jakarta.