Tingkat literasi membaca yang rendah di Indonesia telah berkembang menjadi masalah yang signifikan yang membutuhkan perhatian serius. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara dalam Daftar Negara Paling Cerdas di Bumi. Hanya 1% orang di Indonesia memiliki minat yang besar dalam membaca. Kondisi ini sangat kontradiktif karena membaca adalah bagian penting dari pendidikan dan perkembangan anak.
Aktivitas membaca memiliki banyak peran dalam pertumbuhan anak. Pertama, membaca membantu anak memahami dunia sekitar dan berfungsi sebagai jendela pengetahuan. Kedua, kegiatan membaca membantu anak memperluas perbendaharaan kata mereka. Ketiga, membaca adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan pemikiran kritis dan analitis. Keempat, membaca membuka imajinasi anak-anak. Yang tidak kalah penting, membaca berkontribusi pada perkembangan kecerdasan emosional anak-anak karena membantu mereka memahami berbagai perspektif dan perasaan karakter yang digambarkan dalam cerita yang mereka baca.
Berbagai faktor internal dan eksternal dapat digunakan untuk menganalisis fenomena minat baca yang rendah di Indonesia. Dalam studinya, Mardina menemukan komponen inti utama, yaitu pesatnya kemajuan teknologi yang membuat game online menjadi pilihan hiburan yang lebih menarik bagi anak-anak. Perangkat elektronik dengan berbagai fungsinya telah menggantikan buku sebagai sarana hiburan dan pendidikan. Salah satu tantangan terbesar dalam upaya meningkatkan literasi adalah pergeseran fokus dari aktivitas membaca ke penggunaan gawai dan media sosial.
Salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak adalah dengan mendongeng. Mendongeng bukan sekadar bercerita secara lisan; itu adalah alat pembelajaran yang rumit dengan banyak manfaat. Dongeng memiliki potensi untuk menyebarkan nilai-nilai moral, membangun karakter, dan meningkatkan kemampuan literasi anak-anak, karena merupakan bentuk cerita yang telah melekat dalam tradisi berbagai budaya di seluruh dunia.
A. Mendongeng sebagai Katalisatorpenting Peningkatan Minat Baca
Dongeng, sebagai peninggalan sastra lisan, memiliki banyak pelajaran dan nilai. Mengingat konsep Horace tentang "dulce et utile", dongeng memiliki dua tujuan penting: menghibur (dulce) dan bermanfaat (utile). Dengan keseimbangan kedua elemen ini, anak-
anak memiliki pengalaman belajar yang ideal di mana pembelajaran terjadi tanpa tekanan
psikologis.
Dongeng menimbulkan kompleksitas emosional dan memicu berbagai respons
psikologis yang positif:
1) Stimulasi Imajinasi: Dongeng membantu anak mengembangkan kreativitas dan pemikiran mereka.
2) Empati Emosional: Pendengar dapat merasakan berbagai emosi yang dialami oleh karakter-karakter dalam cerita.
3) Pembelajaran Nilai: Cerita menginternalisasi pesan moral secara alami.
4) Pengayaan Kosakata: Menggunakan bahasa naratif meningkatkan perbendaharaan kata.
Berbagai observasi empiris di pendidikan dasar telah menunjukkan bahwa mendongeng dapat meningkatkan minat baca. Dengan menerapkan sesi mendongeng selama 15 menit sebelum pelajaran formal, terjadi peningkatan yang signifikan dalam:
* Semangat siswa untuk aktivitas membaca
* Kemampuan untuk memahami teks
* Daya konsentrasi belajar
* Participasi aktif dalam diskusi di kelas